MEMINIMALISIR
KEJENUHAN SISWA DALAM
PEMBELAJARAN
BAHASA ARAB
Kata
kunci: Guru, kejenuhan belajar, dan
Bahasa Arab.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Proses pembelajaran Bahasa Arab sering kali menjadi sebuah kendala
bagi siswa dan pengajar. Bagi siswa, mereka berpendapat bahwa pelajaran Bahasa
Arab adalah pelajaran sulit. Hal ini bisa diakibatkan oleh latarbelakang siswa
yang notabene berasal dari sekolah umum (SD). Di tingkat SD pelajaran Bahasa
Arab memang tidak dipelajari. Juga siswa yang berasal dari jenjang MI (Madrasah
Ibtidaiyah) terkadang ada yang memang tidak menarik akan pelajaran Bahasa Arab.
Kondisi ini akan berdampak
kepada permasalahan bagi guru dalam mengajarkan Bahasa Arab. Artinya, gurupun
akan kewalahan dalam mengajarkan pembelajaran itu. Bisa jadi, bagi guru yang
pada awalnya bersemangat dalam mengajar akhirnya terpengaruh untuk tidak
bersemngat lagi. Apabila kondisi seperti ini terus terjadi, maka akan bermuara
kepada tidak tercapainya keberhasilan dan tujuan pendidikan Bahasa Arab.
Sebagai guru yang menjadi ujung tombak pendidikan hendaknya kondisi
ini harus segera disiasati. Dalam sistem pendidikan, guru itu selain sebagai
pengajar setidaknya guru itu mempunyai kompetensi yang harus dilaksanakan.
Dalam menyiasati sekaligus memberikan solusi akan permasalahan ini harus ada
langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang guru yang mengajar bidang studi
Bahasa Arab. Untuk itu, maka disusunlah makalah sederhana ini dengan judul “Meminimalisasi
Kejenuhan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Arab.”
Adapun pembahasan yang akan diulas dalam makalah ini secara spesifik adalah:
tentang fungsi dantanggung jawab guru, faktor penyebab terjadinya kejenuhan
siswa, dan pendekatan yang dalam meminimalisir kejenuhan siswa dalam belajar
Bahasa Arab.
PEMBAHASAN
A.
Fungsi Guru
dalam Pembelajaran Siswa
.
Memahami fungsi dan tanggung jawab seorang guru sebaiknya
dipakaikan pendapat Rosetiyah N. K . Menurutnya
tugas dari seorang guru adalah:
1.
Menyerahkan kebudayaan
kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan dan pengalaman – pengalaman
2.
Membentuk kepribadian anak
yang harmonis, sesuai cita- cita dan dasar negara kita Pancasila
3.
Menyiapkan anak menjadi
warga negara yang baik sesuai Undang- undang Pendidikan yang
merupakan keputusan MPR No.II Tahun 1983
4.
Sebagai perantara dalam
belajar. Di dalam proses belajar guru
hanya sebagai perantara/ medium, anak harus berusaha sendiri mendapatkan/ insight
timbul perubahan dalam penegtahuan, tingkah laku dan sikap.
5.
Guru adalah pembimbing,
untuk membawa anak didik kearah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak
dapat membentuk anak didik menurut kehendaknya.
6.
Guru adalah pen dihubung
antara sekolah dan masyarakat. Anak nantinya kan hidup dan bekerja, serta
mengabdikan diri dalam masyarakat, dengan demikian anak harus dilatih dan
dibiasakan di sekolah terlebih dahulu.
7.
Guru sebagai administrator
dan menejer. Di samping mendidik,
seorang guru harus dapat mengerjakan urusan tata usaha membuat buku kas, daftar
induk, rapor, daftar gaji, dan sebagainya, serta dapat mengkoordinasi segala
pekerjaan di sekolah secara demokratis, sehingga suasana pekerjaan penuh dengan
rasa kekeluargaan.
8.
Pekerjaan guru sebagai
suatu profesi. Orang yang menjadi guru karena terpaksa tidak dapat bekerja
dengan baik, maka harus menyadari benar- benar pekerjaannya sebagai suatu
profesi.
9.
Guru sebagai perencana
kurikulum. Guru mengahdapi anak- anak setiap hari, gurulah yang paling tahu
kebutuhan anak- anak dan masyarakat sekitar, maka dalam menyusun kurikulum,
kebutuhan ini tidak boleh di tinggalkan.
10.
Guru sebagai pemimpin.
Guru mempunyai kesempatan dan tanggung jawab dalam banyak situasi untuk
membimbing anak kearah pemecahan soal, membentuk keputusan, dan menghadapkan
anak- anak kepada problem.
11.
Guru sebagai sponsor dalam
kegiatan anak- anak. Guru harus turut aktif dalam segala aktifitas
anak,misalnya dalm ekstrakurikuler membentuk kelompok belajar dan
sebagainya. [1]
Dari uraian di
atas, maka dapat dipahami bahwa guru yang memberikan pembelajaran di madrasah
bukan lah hanya sekedar bertanggung jawab kepada siswa saja, namun jauh dari
guru memounyai tanggung jawab multi-kompleks baik dari segi tanggung jawab bagi
negara, masyarakat, hinga dunia dan akhirat.
B.
Faktor-faktor
Penyebab Kejenuhan Siswa.
Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa, kejenuhan adalah “padat atau penuh sehingga
tidak mampu memuat lagi.”Memahami kejenuhan belajar siswa, sebaiknya terlebih
dahulu membicarakan makna dari sebuah proses belajar. Sebab salah satu
aktifitas dalam memperoleh materi pendidikan di madrasah adalah dengan belajar.
Menurut Asep Jihat menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan.[2]
Sedangkan menurut Sardiman belajar
merupakan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya.[3]
Memahami
kejenuhan siswa dalam belajar merupakan hal yang urgen bagi siswa. Setidaknya
ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa itu rentan dengan kejenuhan. Ini
dibuktikan dengan hasil penelitian para ahli yang telah mengadakan penelitian
tantang kejenuhan belajar. Dalam
penelitiannya, Maslach & Leiter (Yen-Jang, 2004) menunjukkan bahwa kejenuhan belajar terjadi karena
beberapa faktor seperti kurangnya
penghargaan, kurangnya pengawasan, beban tugas akademis yang berlebihan,
konflik nilai, kurangnya keadilan, kurangnya persamaan dapat membuat
seseorang mengalami kejenuhan.
Para
ahli menyebutkan beragam faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya kejenuhan belajar. Secara garis besar, faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kejenuhan
belajar menurut Jacob et al (2003), Maslach
& Leiter (1997), Hui-Jen Yang (2004),
Yueh-Tzu Kao (2009) Agustin (2009) yaitu:
(1)
Karakteristik pribadi (personal characteristic),
(2) Dukungan sosial (social
support), dan
(3) Beban akademis yang berlebihan
(courseload). [4]
Sementara penelitian Salami (2002)
menghasilkan beberapa fakta bahwa karakteritik kepribadian yang rentan
mengalami kejenuhan yakni neurotis, ekstrovert, terlalu berhati-hati, agresif,
dan mudah menyerah. Kemampuan yang rendah dalam mengendalikanemosi juga
merupakan salah satu karakteristik kepribadian yang menimbulkan kejenuhan.[5]
Jadi, dapat dipahami bahwa
faktor-faktor penyebab terjadinya kejenuhan siswa itu diakibatkan dua faktor:
yaitu ekstern dan intern. Faktor intern yaitu pengaruh dari dalam diri
(psikologis) siswa, seperti; capek, lapar, problem diri, dan sakit. Sedangkan faktor ekstern yaitu pengaruh dari
luar diri siswa, seperti; metode guru, kondisi alam, kondisi waktu, dan sarana
penunjang belajar.
C.
Usaha Guru
dalam Meminimilisasi Kejenuhan Siswa
pada Pembelajaran Bahasa Arab
Disamping
siswa wajib memerangi kejenuhan, guru mempunyai peranan penting dalam
pendidikan, Oleh karena itu guru dapat melakukan kiat-kiat berikut jika peserta
didiknya mulai terjangkit kejenuhan:
1.
Jika
siswa mulai kelihatan jenuh, ajaklah peserta didik kita untuk bermain sebentar,
contohnya siswa diberi kebebasan membuat yel-yel, tepuk-tepuk yang
menurut mereka bisa menumbuhkan semangat belajar(3menit yel-yel diucapkan
bersama).
2.
Sebelum
pelajaran inti guru mengajak siswa dalam sebuah permainan yang berguna untuk
memusatkan konsentrasi anak, contohnya guru menyebut gajah siswa mempraktekkan
dengan gerakan dan ucapan kecil, ketika guru menyebut semut siswa merespon
dengan gerakan dan ucapan besar. Hal itu bisa dicontohkan ke benda-benda lain.
3.
Mengajak
siswa dalam suasana berbeda contoh guru tidak hanya monoton mengajar didalam
kelas tetapi diluar kelaspun jadi asal siswa diajak untuk tetap
bertanggungjawab & tetap komitmen belajar.
4.
Siswa
diberi tanggung jawab untuk melakukan menjelaskan materi yang sebelumnya dibuat
tugas kelompok dan teman lainnya diajak untuk menilainya. Guru harus bisa
mengarahkan dan mendorong sisiwa itu untuk lebih kreatif
5.
Siswa
diberi tanggung jawab untuk membuat soal sendiri dan diserahkan kepada gurunya,
kemudian guru menyortir dan menggunakannya sebagai ulangan harian. Dari hasil
evaluasi tersebut guru memberi nilai 80 kepada siswa yang pintar untuk mencapai
nilai 100, siswa tersebut diberitanggung jawab untuk mengajari temannya yang
nilainya kurang. Guru membimbing dan mengawasinya.[6]
Selain kiat-kiat tersebut di atas, dalam pembelajaran Bahasa
Arab, tentunya harus mampu meminimalisir kejenuhan siswa. Dikarenakan banyaknya
tudingan dari kalangan siswa yang menyatakan bahwa pelajaran Bahasa Arab
merupakan pelajaran yang susa, maka disinilah kesigapan guru dalam meminimalisasinya.
Untuk itu, dalam pembelajaran Bahasa Arab maka usaha yang harus dilakukan guru
adalah:
1.
Menciptakan
susasana ceria, senang, dan serius.
2.
Memulai
pembelajaran yang mudah dan tidak menekankan aspek qawaid (kaidah-kaidah Bahasa
Arab).
3.
Berikan
kosa kata dalam pembicaraan sederhana yang berkaitan dengan keseharian siswa.
4.
Hindari
menghafal kalam (berbicara) dalam Bahasa Arab yang memuat makna abstrak.
5.
Kaitkan
materi pelajaran Bahasa Arab itu dengan contoh yang mudah.
Dengan
menggunakan usaha-usaha ini, diharapkan nanti akan memberikan solusi dalam
meminimalisasi kejenuhan.
KESIMPULAN
Dari ulasan di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Guru yang
memberikan pembelajaran di madrasah bukan lah hanya sekedar bertanggung jawab
kepada siswa saja, namun jauh dari guru memounyai tanggung jawab multi-kompleks
baik dari segi tanggung jawab bagi negara, masyarakat, hinga dunia dan akhirat.
2.
Kejenuhan
siswa itu diakibatkan dua faktor: yaitu ekstern dan intern. Faktor intern yaitu
pengaruh dari dalam diri (psikologis) siswa, seperti; capek, lapar, problem
diri, dan sakit. Sedangkan faktor
ekstern yaitu pengaruh dari luar diri siswa, seperti; metode guru, kondisi
alam, kondisi waktu, dan sarana penunjang belajar.
3.
Dalam
pembelajaran Bahasa Arab harus mampu menyiasati kejenuhan bagi siswa agar
pembelajaran tidak menjenuhkan.
Daftar
Pustaka
Rosetiyah
N.K, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta
: Rineka Cipta, 2012.
Jihat,
Asep dan Abdul Haris, Evaluasi
Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pers,
2008.
Sardiman.
Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers, 2007.
http://wawasanbk.blogspot.com, Faktor
Penyebab Kejenuhan Belajar.
Agustin,
M. Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran: Panduan Untuk Guru,
Konselor, Psikolog, Orang Tua, dan Tenaga Keguruan. Bandung: Refika
Aditama, 2011.
[1] Rosetiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar
(Jakarta : Rineka Cipta, 2012), h. 56.
[2] Asep Jihat dan
Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran
(Yogyakarta: Multi Pers, 2008),
h. 1.
[3] Sardiman, Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar ( Jakarta:
Rajawali Pers, 2007), h. 22.
[5] M. Agustin, Permasalahan
Belajar dan Inovasi Pembelajaran: Panduan Untuk Guru, Konselor, Psikolog, Orang
Tua, dan Tenaga Keguruan (Bandung: Refika Aditama, 2011), h. 38.
[6]
https://ibnulbasyar.wordpress.com,mengatasi-kejenuhan-belajar-siswa
diakses 12/02/2016.