Selasa, 16 Februari 2016

MEMINIMALISIR KEJENUHAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB






MEMINIMALISIR KEJENUHAN SISWA DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Kata kunci:  Guru, kejenuhan belajar, dan Bahasa Arab.

                                                             
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah  

Proses pembelajaran Bahasa Arab sering kali menjadi sebuah kendala bagi siswa dan pengajar. Bagi siswa, mereka berpendapat bahwa pelajaran Bahasa Arab adalah pelajaran sulit. Hal ini bisa diakibatkan oleh latarbelakang siswa yang notabene berasal dari sekolah umum (SD). Di tingkat SD pelajaran Bahasa Arab memang tidak dipelajari. Juga siswa yang berasal dari jenjang MI (Madrasah Ibtidaiyah) terkadang ada yang memang tidak menarik akan pelajaran Bahasa Arab.

Kondisi ini  akan berdampak kepada permasalahan bagi guru dalam mengajarkan Bahasa Arab. Artinya, gurupun akan kewalahan dalam mengajarkan pembelajaran itu. Bisa jadi, bagi guru yang pada awalnya bersemangat dalam mengajar akhirnya terpengaruh untuk tidak bersemngat lagi. Apabila kondisi seperti ini terus terjadi, maka akan bermuara kepada tidak tercapainya keberhasilan dan tujuan pendidikan Bahasa Arab.

Sebagai guru yang menjadi ujung tombak pendidikan hendaknya kondisi ini harus segera disiasati. Dalam sistem pendidikan, guru itu selain sebagai pengajar setidaknya guru itu mempunyai kompetensi yang harus dilaksanakan. Dalam menyiasati sekaligus memberikan solusi akan permasalahan ini harus ada langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang guru yang mengajar bidang studi Bahasa Arab. Untuk itu, maka disusunlah makalah  sederhana ini dengan judul “Meminimalisasi Kejenuhan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Arab.”

Adapun pembahasan yang akan diulas  dalam makalah ini secara spesifik adalah: tentang fungsi dantanggung jawab guru, faktor penyebab terjadinya kejenuhan siswa, dan pendekatan yang dalam meminimalisir kejenuhan siswa dalam belajar Bahasa Arab.


   


PEMBAHASAN

A.    Fungsi Guru dalam Pembelajaran Siswa
.
Memahami fungsi dan tanggung jawab seorang guru sebaiknya dipakaikan pendapat Rosetiyah N. K . Menurutnya  tugas dari seorang guru adalah:

1.      Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan dan pengalaman – pengalaman
2.      Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita- cita dan dasar negara kita Pancasila
3.      Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai Undang- undang Pendidikan yang merupakan keputusan MPR No.II Tahun 1983
4.      Sebagai perantara dalam belajar. Di dalam proses belajar guru hanya sebagai perantara/ medium, anak harus berusaha sendiri mendapatkan/ insight timbul perubahan dalam penegtahuan, tingkah laku dan sikap.
5.      Guru adalah pembimbing, untuk membawa anak didik kearah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak didik menurut kehendaknya.
6.      Guru adalah pen dihubung antara sekolah dan masyarakat. Anak nantinya kan hidup dan bekerja, serta mengabdikan diri dalam masyarakat, dengan demikian anak harus dilatih dan dibiasakan di sekolah terlebih dahulu.
7.      Guru sebagai administrator dan menejer. Di samping mendidik, seorang guru harus dapat mengerjakan urusan tata usaha membuat buku kas, daftar induk, rapor, daftar gaji, dan sebagainya, serta dapat mengkoordinasi segala pekerjaan di sekolah secara demokratis, sehingga suasana pekerjaan penuh dengan rasa kekeluargaan.
8.      Pekerjaan guru sebagai suatu profesi. Orang yang menjadi guru karena terpaksa tidak dapat bekerja dengan baik, maka harus menyadari benar- benar pekerjaannya sebagai suatu profesi.
9.      Guru sebagai perencana kurikulum. Guru mengahdapi anak- anak setiap hari, gurulah yang paling tahu kebutuhan anak- anak dan masyarakat sekitar, maka dalam menyusun kurikulum, kebutuhan ini tidak boleh di tinggalkan.
10.  Guru sebagai pemimpin. Guru mempunyai kesempatan dan tanggung jawab dalam banyak situasi untuk membimbing anak kearah pemecahan soal, membentuk keputusan, dan menghadapkan anak- anak kepada problem.
11.  Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak- anak. Guru harus turut aktif dalam segala aktifitas anak,misalnya dalm ekstrakurikuler membentuk kelompok belajar dan sebagainya. [1] 

Dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa guru yang memberikan pembelajaran di madrasah bukan lah hanya sekedar bertanggung jawab kepada siswa saja, namun jauh dari guru memounyai tanggung jawab multi-kompleks baik dari segi tanggung jawab bagi negara, masyarakat, hinga dunia dan akhirat.

B.     Faktor-faktor Penyebab Kejenuhan Siswa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa,  kejenuhan adalah “padat atau penuh sehingga tidak mampu memuat lagi.”Memahami kejenuhan belajar siswa, sebaiknya terlebih dahulu membicarakan makna dari sebuah proses belajar. Sebab salah satu aktifitas dalam memperoleh materi pendidikan di madrasah adalah dengan belajar. Menurut Asep Jihat menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.[2] Sedangkan menurut Sardiman  belajar merupakan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya.[3]

Memahami kejenuhan siswa dalam belajar merupakan hal yang urgen bagi siswa. Setidaknya ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa itu rentan dengan kejenuhan. Ini dibuktikan dengan hasil penelitian para ahli yang telah mengadakan penelitian tantang kejenuhan belajar. Dalam penelitiannya, Maslach & Leiter (Yen-Jang, 2004) menunjukkan bahwa kejenuhan belajar terjadi  karena beberapa faktor seperti kurangnya penghargaan, kurangnya pengawasan, beban tugas akademis yang berlebihan, konflik nilai, kurangnya keadilan, kurangnya persamaan dapat membuat seseorang mengalami kejenuhan.

Para ahli menyebutkan beragam faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kejenuhan belajar. Secara garis besar, faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kejenuhan belajar menurut Jacob et al (2003), Maslach & Leiter (1997), Hui-Jen Yang (2004), Yueh-Tzu  Kao (2009) Agustin  (2009) yaitu:

(1)   Karakteristik pribadi (personal characteristic),
 (2) Dukungan sosial (social support), dan
 (3) Beban akademis yang berlebihan (courseload). [4]

Sementara penelitian Salami (2002) menghasilkan beberapa fakta bahwa karakteritik kepribadian yang rentan mengalami kejenuhan yakni neurotis, ekstrovert, terlalu berhati-hati, agresif, dan mudah menyerah. Kemampuan yang rendah dalam mengendalikanemosi juga merupakan salah satu karakteristik kepribadian yang menimbulkan kejenuhan.[5]
Jadi, dapat dipahami bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya kejenuhan siswa itu diakibatkan dua faktor: yaitu ekstern dan intern. Faktor intern yaitu pengaruh dari dalam diri (psikologis) siswa, seperti; capek, lapar, problem diri, dan sakit.  Sedangkan faktor ekstern yaitu pengaruh dari luar diri siswa, seperti; metode guru, kondisi alam, kondisi waktu, dan sarana penunjang belajar.


C.     Usaha Guru dalam  Meminimilisasi Kejenuhan Siswa pada  Pembelajaran Bahasa Arab
Disamping siswa wajib memerangi kejenuhan, guru mempunyai peranan penting dalam pendidikan, Oleh karena itu guru dapat melakukan kiat-kiat berikut jika peserta didiknya mulai terjangkit kejenuhan:
1.       Jika siswa mulai kelihatan jenuh, ajaklah peserta didik kita untuk bermain sebentar, contohnya siswa diberi kebebasan membuat yel-yel, tepuk-tepuk  yang menurut mereka bisa menumbuhkan semangat belajar(3menit yel-yel diucapkan bersama).
2.      Sebelum pelajaran inti guru mengajak siswa dalam sebuah permainan yang berguna untuk memusatkan konsentrasi anak, contohnya guru menyebut gajah siswa mempraktekkan dengan gerakan dan ucapan kecil, ketika guru menyebut semut siswa merespon dengan gerakan dan ucapan besar. Hal itu bisa dicontohkan ke benda-benda lain.
3.      Mengajak siswa dalam suasana berbeda contoh guru tidak hanya monoton mengajar didalam kelas tetapi diluar kelaspun jadi asal siswa diajak untuk tetap bertanggungjawab & tetap komitmen belajar.
4.       Siswa diberi tanggung jawab untuk melakukan menjelaskan materi yang sebelumnya dibuat tugas kelompok dan teman lainnya diajak untuk menilainya. Guru harus bisa mengarahkan dan mendorong sisiwa itu untuk lebih kreatif
5.       Siswa diberi tanggung jawab untuk membuat soal sendiri dan diserahkan kepada gurunya, kemudian guru menyortir dan menggunakannya sebagai ulangan harian. Dari hasil evaluasi tersebut guru memberi nilai 80 kepada siswa yang pintar untuk mencapai nilai 100, siswa tersebut diberitanggung jawab untuk mengajari temannya yang nilainya kurang. Guru membimbing dan mengawasinya.[6]
Selain kiat-kiat tersebut di atas, dalam pembelajaran Bahasa Arab, tentunya harus mampu meminimalisir kejenuhan siswa. Dikarenakan banyaknya tudingan dari kalangan siswa yang menyatakan bahwa pelajaran Bahasa Arab merupakan pelajaran yang susa, maka disinilah kesigapan guru dalam meminimalisasinya. Untuk itu, dalam pembelajaran Bahasa Arab maka usaha yang harus dilakukan guru adalah:
1.      Menciptakan susasana ceria, senang, dan serius.
2.      Memulai pembelajaran yang mudah dan tidak menekankan aspek qawaid (kaidah-kaidah Bahasa Arab).
3.      Berikan kosa kata dalam pembicaraan sederhana yang berkaitan dengan keseharian siswa.
4.      Hindari menghafal kalam (berbicara) dalam Bahasa Arab yang memuat makna abstrak.
5.      Kaitkan materi pelajaran Bahasa Arab itu dengan contoh yang mudah.
Dengan menggunakan usaha-usaha ini, diharapkan nanti akan memberikan solusi dalam meminimalisasi kejenuhan.














KESIMPULAN


Dari ulasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1.      Guru yang memberikan pembelajaran di madrasah bukan lah hanya sekedar bertanggung jawab kepada siswa saja, namun jauh dari guru memounyai tanggung jawab multi-kompleks baik dari segi tanggung jawab bagi negara, masyarakat, hinga dunia dan akhirat.

2.      Kejenuhan siswa itu diakibatkan dua faktor: yaitu ekstern dan intern. Faktor intern yaitu pengaruh dari dalam diri (psikologis) siswa, seperti; capek, lapar, problem diri, dan sakit.  Sedangkan faktor ekstern yaitu pengaruh dari luar diri siswa, seperti; metode guru, kondisi alam, kondisi waktu, dan sarana penunjang belajar.

3.      Dalam pembelajaran Bahasa Arab harus mampu menyiasati kejenuhan bagi siswa agar pembelajaran tidak menjenuhkan.



















Daftar Pustaka


Rosetiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta  : Rineka Cipta, 2012.

Jihat, Asep  dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pers,  2008.

Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.    Jakarta: Rajawali Pers, 2007.

http://wawasanbk.blogspot.com, Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar.

Agustin, M. Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran: Panduan Untuk Guru, Konselor, Psikolog, Orang Tua, dan Tenaga Keguruan. Bandung: Refika Aditama, 2011.






























[1]  Rosetiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta  : Rineka Cipta, 2012), h. 56.
[2] Asep Jihat dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran  (Yogyakarta: Multi Pers,  2008), h. 1.
[3] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (   Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h. 22.
[4] http://wawasanbk.blogspot.com, Faktor Penyebab Kejenuhan Belajar. Html, diakses 13/2/2016.
[5] M. Agustin, Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran: Panduan Untuk Guru, Konselor, Psikolog, Orang Tua, dan Tenaga Keguruan (Bandung: Refika Aditama, 2011), h.  38.