Kamis, 27 Februari 2014

MENULIS, CIRI KHAS MANUSIA BERFIKIR



TAHUKAH ANDA ?MENULIS, CIRI KHAS MANUSIA BERFIKIR

Dalam dunia akademis, menuliskan buah fikiran dalam bentuk tulisan merupakan hasil perkawinan antara fikiran dengan ilmu. Kalau fikiran dan ilmu ada, tapi tidak dilahirkan dalam bentuk tulisan, maka jadilah fikiran dan ilmu yang “mandul.” Harus difahami bahwa menulis merupakan proses dari kegiatan berbagai unsur dalam tubuh kita. Proses terjadinya sebuah tulisan, berawal dari sesuatu yang terbayang dalam benak. Setelah sesuatu itu terus berkecamuk dalam fikiran, maka fikiran memaksakan hati untuk mengadakan sebuah renungan supaya meluahkannya dalam susunan kata-kata. Pada saat ini terjadi, maka otak akan berkomunikasi aktif dengan otak. Keinginan dari kedua unsur inilah yang menggerakkan jari-jari tangan beraktifitas dalam bentuk coretan pena, atau tombol-tombol di computer.

Pada hakikatnya banyak hal yang harus dijadikan tulisan berkaitan dengan kondisi dalam diri dan luar diri. Ada dua hal yang menjadi topik/bahan tulisan, yaitu dalam diri dan luar diri. Dalam diri adalah fenomena yang dirasakan oleh jiwa kita. Bentuk tulisan yang dilahirkan dari objek dalam diri, biasanya diluahkan dalam bentuk puisi, rintihan jiwa, sejarah diri, luapan emosi, luapan sayang, hingga kegalauan yang lagi trend pada saat ini. Sementara luar diri, biasanya dimanifestasikan dalam bentuk artikel, berita, topik bahasan, serta kritisi akan kejadian di lingkungan.
Double Bracket: Apabila ada yang mengatakan, Anda bukanlah type manusia yang berfikir, apakah Anda marah? Kalau Anda marah berarti Anda hanya tergolong manusia yang “mulai berfikir.” Tapi kalau Anda tidak marah dan tidak merasa apa-apa, berarti Anda hampir terjerumus ke golongan manusia yang “tidak berfikir”Pernahkah Anda mengalami “kegalauan”? ini dapat dicegah dalam bentuk tulisan. Pernahkah Anda melihat sesuatu kejadian yang “tidak wajar” di sekililing Anda? Kritisilah, semoga akan mendapat solusi dari si pembaca. Kebanyakan orang yang selalu menahan sesuatu pada dirinya, menyimpannya dalam hati akan menjadikan dia terus terbebani dengan hal itu.  Disamping itu informasi tentang kemajuan ilmu pengetahuan baru juga merupakan hal yang sangat membantu Anda dalam membuat sebuah tulisan. Yang menjadi kendala di tengah-tengah para calon intelektual adalah, “Bagaimana kiat untuk memulai sebuah tulisan?.” Untuk menjawab keinginan ini, coba ikuti kiat-kiat sebagai berikut:
1.      Anda faham isi/hal yang akan ditulis.
2.      Simpulkan semua isi dari tulisan dalam hati, kemudian buat judul. Usahakan judul itu dibuat dalam susunan kata-kata yang “menarik” sehingga menimbulkan syahwat/keinginan orang untuk membacanya.
3.      Mulailah menulis kata demi kata sambil terus mencocokkan ketersambungan antara kata perkata.
4.     Jangan Anda terpengaruh oleh fikiran Anda sendiri dengan ungkapan “Bagus gak tulisan saya ini?” jangan takut, sebab kalau Anda telah melakukan proses menulis, dalam dunia tulisan Anda sudah termasuk manusia yang hebat karena telah mampu mengekspresikan fikiran Anda dalam bentuk tulisan.

Double Bracket: Menulislah, pasti Anda akan terkenal, sebab kebesaran nama  ada dalam hasil karya tulisan AndaDengan menulis, maka akan tergambar sebuah kepuasan tersendiri karena telah mampu memberikan sebuah informasi bagi pembaca. Kepuasan dan kebanggan itu merupakan sebuah titik awal dari keberlanjutan Anda dalam melahirkan berbagai tulisan ke depan. Coba Anda rasakan bagaimana kondisi jiwa Anda pada saat tulisan Anda terpampang dan dibaca oleh banyak orang. Bukankah orang-orang sukses dalam hasil karyanya dimulai dari tulisan-tulisan kecil yang dibangunnya dalam tatanan kata yang sederhana? Untuk membesarkan hasil karya, itu harus dimulai dari tulisan-tulisan kecil. 

Anda akan menjadi besar dikarenakan tulisan Anda. Namun Anda tidak berarti apa-apa kalau Anda ada di tengah-tengah komunitas calon intelektual tanpa ada tulisan yang anda hasilkan. Sebab ciri khas manusia berfikir itu adalah : menulis.
                                                                              (penulis: ASMANA)

Rabu, 26 Februari 2014

....MAKA, KAMBING PUN IKUT TERTAWA.

KEGELIAN HATI MENGGELITIK NALURI LUCUKU. BETAPA TIDAK, PADA ZAMAN SEKARANG INI, MASIH TERJADI KRONOLOGIS YANG TAK MASUK DI AKAL. YANG MENGGELIKAN HATI, SUDAH TAHU DIBODOHI TAPI BERPURA-PURA BODOH SAJA. "MASA BODOH?", GAK JUGA. SEJAK KECIL AKU SELALU DIAJARKAN BAHWA YANG BENAR ITU BENAR, DAN SALAH ITU SALAH. YANG KECIL HORMAT DAN SANTUN PADA YANG BESAR, SEHINGGA YANG TUA BISA MENJAGA STATUSNYA SELAKU ORANG TUA. SANG GURU SEYOGYANYA DIHORMATI DAN DISEGANI BAIK MURID, MAUPUN BEKAS MURIDNYA.
JANGAN TAKUT KALAU BENAR, TAPI TAKUTLAH KARENA SALAH. NAMUN IDIOM INI RASANYA TAK BERLAKU LAGI ZAMAN SEKARANG. YANG BENAR TAKUT DENGAN KEBENARANNYA, SEDANGKAN YANG SALAH BANGGA DAN BERANI DENGAN KESALAHANNYA. PEGAWAI NEGERI, SEPATUTNYA TAKUT DAN SANTUN KEPADA ATASANNYA, SEDANGKAN ATASANNYA PATUH DAN TAKUT KEPADA ATASANNYA LAGI. DI SINI (TEMPAT AKU TINGGAL), SUNGGUH JAUH DARI IDIOM DI ATAS. APARAT PEMERINTAH TAKUT KEPADA YANG BUKAN APARAT PEMERINTAH. TAK JELAS APA JABATANNYA NAMUN SUNGGUH MELEBIHI JABATAN YANG TERTINGGI. YANG BISA MENGATUR SEGALA SESUATUNYA DENGAN MENGGUNAKAN CARA YANG AKU SENDIRI TAK TAHU APA DASARNYA.
SENDI-SENDI BERMASYARAKAT TELAH TERKONTAMINASI DENGAN ATURAN SESEORANG YANG BELUM DIKETAHUI APA LANDASAN BERPIJAKNYA. PEJABAT YANG MENANGANI URUSANPUN BISA DIMASUKI DENGAN DALIH ENTAH APA, SEHINGGA KEPUTUSANPUN TAK TERKENDALI. RUPANYA ADA PEJABAT DI ATAS PEJABAT, HAHAHAHA. PARA KEPALA INSTANSIPUN TAK BISA BERBUAT BANYAK, SEBAB TAKUT APABILA TUDINGAN TERTUJU PADANYA. AKHIRNYA IKUT-IKUTAN MENGAMINKAN DAN BERSATU PADU DALAM KEBODOHAN ITU. "IKUTI SAJA ARUS, BIAR AMAN DAN SELAMAT", BEGITU UJAR DALAM HATI. DIMANA PENDIRIAN DAN JATI DIRI YANG HARUS DITAMPILKAN? TAK PERLU JATI DIRI, YANG PENTING AMAN DAN TIDAK TERGANGGU. TAK PERLU SESUAI DENGAN PROSEDUR, YANG PENTING LANCAR URUSAN. DISINILAH DIPERLUKAN KEHATI-HATIAN AGAR JANGAN NAMPAK TIDAK SEIRING. KE TIMUR ARAH ANGIN, IKUTI SAJA, KE BARAT ARAH ANGIN OKE SAJA, BERPUTAR-PUTAR ARAH ANGIN, IKUTI SAJA MESKI KEPALA PENING, MESKI HATI MENOLAK, MESKI BATHIN MERONTA, MESKI MUKA MASAM HARUS DIMANISKAN BIAR TIDAK KENTARA MASAMNYA. 
SAAT BERKUMPUL SELALU MENGIYAKAN, TERSENYUM, ACUNGKAN JEMPOL, WALAU HATI MENGGERUTU, WALAU DADA MENDIDIH TAK TERIMA, MESKI PERUT MUAL INGIN MUNTAH. SETELAH ACARA SELESAI KEMBALI KE RUMAH DENGAN SEJUTA CACIAN, JUTAAN MAKIAN, DAN DITAMBAH RIBUAN PENYESALAN DAN KE-TIDAK TERIMAAN.  SAKIT KAH SEPERTI ITU? OH, TIDAK....ARTINYA TIDAK UNTUK SAAT ITU. TAPI DALAM RELUNG HATI MENYATAKAN ("KEBODOHAN TELAH TUMBUH DALAM AKAL DAN FIKIRAN") SEMBARI DUDUK SENDIRI, MAKA KELUAR UCAPAN..." KOK SAYA JADI BEGINI?"  ..... MAKA MENDENGAR ITU, KAMBING YANG SEDANG LEWATPUN IKUT TERTAWA....HAHAHAHAHA.

Selasa, 25 Februari 2014

KESALAHAN ?

SIANG ITU, SELASA 25 FEBRUARI.... SAAT SAYA SEDANG BROWSING DI DUNIA MAYA, MELALUI FACE BOOK YANG SAYA GUNAKAN, SAYA MEMBACA SEBUAH STATUS TEMAN YANG MENYATAKAN ADANYA PENGHINAAN DI SALAH SATU MEDIA  . RASA PENASARAN SAYA BANGKIT TAK TERKENDALI. PENELUSURANPUN SAYA LAKUKAN DENGAN MENCARI SURAT KABAR TERSEBUT. TERNYATA PENCARIAN ITU TAK MEMBUAHKAN HASIL. TAK SATUPUN KORAN TERBITAN 25 FEBRUARI YANG BISA SAYA DAPATKAN. AKHIRNYA DENGAN PENUH KEINGINTAHUAN, SAYA BUKA LAGI STATUS KAWAN ITU, TERNYATA ADA SEBUAH KATA YANG MEMBUAT SAYA TERKEJUT. DISANA ADA UNGKAPAN ...."MAULID BABI MUHAMMAD"....MASYA ALLAH. TERHENYAK SAYA MEMBACA KATA-KATA ITU.  KESALAHAN SATU HURUF TERNYATA MEMBUAHKAN BERBAGAI ASUMSI. MUNGKIN MAKSUD DARI KALIMAT ITU ADALAH .."MAULID NABI MUHAMMAD"...TAPI KOK BISA BEGITU?.....
APAKAH INI SEBUAH KESALAHAN?
SAYA LANGSUNG MELIHAT TOMBOL KOMPUTER SAYA DENGAN MEMPERHATIKAN DERETAN HURUF DI KEYBOARD KOMPUTER. TERNYATA HURUF "N" DAN HURUF "B" BEREKATAN DI BARISAN AKHIR TOMBOL-TOMBOL KEYBOARD KOMPUTER SAYA. TERBERSIT UNGKAPAN DI HATI SAYA, BISA SAJA INI SUATU KESALAHAN YANG TIDAK DISENGAJA. KESALAHAN INI SEBETULNYA TIDAK TERLALU PENTING, TAPI TERNYATA MENIMBILKAN BERBAGAI ASUMSI YANG NEGATIF. DALAM FIKIRAN SAYA, INI PASTI AKAN MEMBUAHKAN BERBAGAI FENOMENA DI TENGAH-TENGAH MASYARAKAT SELAKU PEMBACA KORAN ITU.
TERNYATA BETUL, PADA HARI ITU JUGA TELAH TERJADI AKSI DEMO MENOLAK PEMBERITAAN ITU DENGAN TUJUAN AGAR SEGERA MEMBOIKOT DAN JANGAN MEMBELI SERTA MEMBACA KORAN ITU LAGI.
APAKAH ITU KESALAHAN?
BENAR, ITU ADALAH KESALAHAN YANG SANGAT FATAL. SEBAIKNYA, SELAKU MEDIA SOSIAL YANG DIKONSUMSI MASYARAKAT, SEHARUSNYA PIHAK MEDIA DALAM HAL INI REDAKSI HARUS SELECKTIF DALAM MENELAAH KEMBALI BERITA DAN TULISAN YANG AKAN DITERBITKAN. KALAU SUDAH BEGINI, KESALAHAN INI BUKAN LAGI BERSIFAT TIM REDAKSI YANG DIPERMASALAHKAN, AKAN TETAPI LEMBAGA MEDIA INI HARUS IKUT MENANGGUNGKAN RESIKO AKIBAT KESALAHAN INI. PERMINTAAN MAAF SECARA SPONTAN KEMUNGKINAN BESAR TIDAK BISA MENGOBATI KETERSINGGUNGAN MASYARAKAT YANG TELAH MEMBACANYA. RESIKO MEDIA CETAK KALAU MEMBUAT ARTIKEL DAN PEMBERITAAN LAKSANA "ANAK PANAH" YANG KELUAR DARI BUSURNYA. KALAU SUDAH LEPAS,KE MASYARAKAT ITU SUDAH MENJADI MILIK PUBLIK...UNTUK ITU PERTANGGUNG JAWABKANLAH KESALAHAN ITU.

Minggu, 16 Februari 2014

PENDIDIKAN DAN KEKUASAAN, PENDIDIKAN KEKUASAAN, ATAU KEKUASAAN PENDIDIKAN

AGAKNYA KE TIGA KALIMAT ITU KALAU DIPANDANG SEPINTAS TAK MEMPUNYAI MAKNA YANG BERFAEDAH. NAMUN KALAU DIMAKNAI DENGAN CERMAT, TERNYATA MASING-MASING KALIMAT ITU MEMPUNYAI FOKUS YANG SANGAT BERBEDA. PANDANGLAH DAN CERMATI UNGKAPAN "PENDIDIKAN DAN KEKUASAAN", SIMAK DAN RENUNGKAN MAKNANYA. PADA HAKIKATNYA ANTARA "PENDIDIKAN" - "KEKUASAAN" ADA KATA SAMBUNG "DAN". INI MAKNANYA ADA PEMISAH DARI KEDUA KATA ITU, MESKIPUN "DAN" SEBAGAI KATA HUBUNG. 
MEMANG KALIMAT ITU HARUS DIPERTAHANKAN AGAR PENDIDIKAN TIDAK TERKONTAMINASI DENGAN KEKUASAAN. PENDIDIKAN MERUPAKAN MAKNA YANG HARUS BERDIRI SENDIRI DALAM OPERASIONALNYA. PENDIDIKAN HARUS BERJALAN SESUAI DENGAN HAKIKAT DARI PENDIDIKAN YAITU MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA MELALUI MEKANISME YANG TERMAKTUB DALAM TATARAN DUNIA PENDIDIKAN DAN TELAH DIABSAHKAN OLEH PAKAR PENDIDIKAN. PENDIDIKAN HARUS MEMPUNYAI POSISI YANG MULIA DEMI MENCIPTAKAN PEROBAHAN UNIVERSAL BAGI SEGENAP KOMUNITAS DUNIA PENDIDIKAN. PERJALANAN PENDIDIKAN IDEALNYA DIKELOLA OLEH INSAN-INSAN YANG BERKOMPETEN DALAM URUSAN PENDIDIKAN. BISA SAJA DEWAN PENDIDIKAN, PAKAR PENDIDIKAN, PEMERHATI PENDIDIKAN JUGA UNSUR-UNSUR YANG TERKAIT DALAM DIMENSI PENDIDIKAN. PENDIDIKAN DALAM OPERASIONAL GUNA MENCIPTAKAN KUALITAS BANGSA YANG SEHAT DAN BERKUALITAS LAKSANA KAPAL YANG BERLABUH DALAM MENGARUNGI BAHARI LUAS PENUH HIKMAH MENCAPAI KEMAJUAN. SELURUH AWAK DAN NAKHODA YANG ADA DI KAPAL ITU SEMUA ORANG YANG FAHAM DENGAN ARAH DAN TUJUAN. PENDIDIKAN JUGA DEMIKIAN. ARAH DAN TUJUAN PENDIDIKAN HARUS DIPEDANG DAN DITENTUKAN OLEH UNSUR YANG BERKAITAN DENGAN PENDIDIKAN.
SEMENTARA "KEKUASAAN" INI DAPAT DIARTIKAN PELAKSANA PEMERINTAHAN YANG MENGATUR TATAKELOLA YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME DUNIA PEMERINTAHAN. KEKUASAAN MEMANG SANGAT MEMEGANG KENDALI DALAM PEMERINTAHAN. DEMI MENGAMANKAN STABILITAS TEMTERATUR SOSIAL DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA ITU DIKUASAI OLEH PEMERINTAH.  TAPI JANGAN HANDAKNYA KEKUASAAN ITU DATANG MENYEROBOT LAHAN YANG TELAH DITUMBUHI DENGAN BIBIT-BIBIT PENDIDIKAN. KALAU KEKUASAAN TELAH MENGGUSUR PENDIDIKAN DALAM OPERASIONALNYA, MAKA SERAPI APAPUN VISI MISI PENDIDIKAN AKAN HANCUR DAN TERKONTAMINASI OLEH KEINGINAN KEKUASAAN. DI NEGARA KITA YANG TERCINTA INI, HAL SEPERTI INI TELAH MULAI MERADANG DI TENGAH-TENGAH DUNIA PENDIDIKAN. LIHATLAH, BAGAIMANA DUNIA PENDIDIKAN DIOBOK-OBOK OLEH KEKUASAAN. BERBAGAI KEPENTINGAN KEKUASAN TELAH MEMPERKOSA HAK-HAK PENDIDIKAN. LIHATLAH BAGAIMANA PEJABAT DALAM MELANCARKAN KEINGINANNYA MASUK DAN MENGGEROGOTI PILAR-PILAR PENDIDIKAN. LIHATLAH BETAPA BANYAKNYA PARTAI YANG NOTABENENYA PEMERHATI PENDIDIKAN MENGUTAK-ATIK PENDIDIKAN. KEJADIAN INI TIDAK HANYA TERJADI DI PUSAT, BAHKAN DI DAERAH. BERAPA BANYAK LEMBAGA PENDIDIKAN YANG DIGERUSI OLEH KEINGINAN KEKUASAAN DENGAN MEMAKSAKAN KEHENDAKNYA. 
TERNYATA OTONOMI PENDIDIKAN TELAH MEMPERKOSA DUNIA PENDIDIKAN YANG MENGAKIBATKAN BANYAK SEKOLAH "HAMIL" DENGAN BAPAK (KEPALA) YANG SELALU SILIH BERGANTI. BUPATI YANG MERUPAKAN PEMEGANG KENDALI DALAM OTORITASNYA TERNYATA TELAH TERKONTAMINASI DENGAN KEINGINAN-KEINGINAN DAN TARGET YANG AKAN DICAPAINYA. KEPALA SEKOLAH YANG BERKEINGINAN UNTUK MEMAJUKAN SEKOLAH DENGAN VISI MISI YANG AKAN DIKEMBANGKANNYA TERPAKSAN MENGALAMI "KEMANDULAN" SAAT MENJALANKAN VISI MISI ITU. PARA KEPALA DINAS YANG DIAMANAHKAN OLEH PEMERINTAH SETEMPAT TAK BISA BERBUAT BANYAK, SEBAB POSISINYAPUN SELALU TERANCAM OLEH PEMEGANG KEKUASAAN.   AKHIRNYA KEPALA SEKOLAH LAKSANA "HARIMAU TANPA TARING", KEPALA DINAS "LAKSANA MACAN YANG DIDUDUKKAN DI ATAS MEJA", SEMUA TELAH DISETIR OLEH PEMEGANG KEKUASAAN.
KALAU SUDAH BEGINI, SIAPA LAGI YANG BERTANGGUNG JAWAB ATAS AMANAH CITA-CITA PENDIDIKAN DEMI MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA? PENGELOLA PENDIDIKAN MENJADI "BAHAN KELOLA" BAGIAN KEKUASAAN, AKHIRNYA KEKUASAAN MENJADI PENGELOLA PENDIDIKAN. PENGELOLA PENDIDIKAN YANG DIJADIKAN BAHAN KELOLA AKHIRNYA BEKERJA DENGAN PENUH IMPOTENSIAL. TAKUT KALAU-KALAU JABATANNYA DICOPOT. UJUNG-UJUNGNYA SETOR MUKA TIMBUL DENGAN SIMBOL "ASAL BAPAK SENANG"
UNTUK ITU, BAGAIMANA IDEALNYA ?
SALAH SATU SOLUSINYA ADALAH HARUS ADA BATASAN ANTARA KEKUASAAN DAN PENDIDIKAN. BIARKAN PENDIDIKAN DIKONTROL DAN DIAWASI OLEH ORANG YANG BERKOMPETEN DALAM PENDIDIKAN. SEMENTARA PEMERINTAH SEBAGI MITRA SEJATI YANG MENDUKUNG IDE-IDE KEMAJUAN PENDIDIKAN. PENDIDIKAN ITU LAHAN YANG SUCI, JANGAN TABURI DENGAN RACUN PEMBUNUH TANAMAN.

Jumat, 14 Februari 2014

ADA APA DENGAN NEGERIKU.....?

DI NEGERIKU PENUNJUKAN JAM MASIH TETAP SAMA. HARI MASIH TETAP SERENTAK. BULAN MASIH SAMA HITUNGANNYA. TAPI KEJADIAN PADA SETIAP JAM, PERISTIWA PADA SETIAP HARI, DAN KEANEHAN PADA SETIAP BULAN SELALU MENGHERANKAN. LOGIKA BERFIKIR SECARA NORMAL SEDIKITPUN TAK BISA MENCERNA SETIAP KEJADIAN, PERISTIWA, DAN KEANEHAN YANG NAMPAK DI PELUPUK MATA.
BERIBU UNGKAPAN NAN MECERMINKAN DEMOKRATISASI SOSIAL TAMPAK BAGAIKAN MUTIARA YANG BERKILAU. BERJUTA PROSEDUR YANG INDAH LAKSANA PEGUNUNGAN NAN HIJAU MEMBENTANG MEMBUAT KESYAHDUAN BAGI YANG MEMANDANG. TERNYATA KILAUNYA MUTIARA TELAH DIIMITASI DENGAN PECAHAN KACA. SEMENTARA KESYAHDUAN AKAN PANDANGAN GUNUNG NAN INDAH TELAH DISULAP DENGAN SEONGGOK KOTORAN KERBAU.
LIHATLAH, DENGARLAH, BACALAH, SIMAKLAH, BAGAIMANA MANISNYA KATA-KATA PARA PEJABAT YANG MELUNCUR DARI BIBIRNYA. SEMUA HARUS BERJALAN DENGAN SISTEM DAN MEKANISME YANG TERMAKTUB DALAM SEBUAH KEPUTUSAN. SEMUA HARUS AKUNTABEL, SEMUA HARUS TRANSPARAN, SEMUA HARUS BERKEADILAN, DAN SEMUA HARUS ....HARUS...DAN HARUS.
TAPI ITU DI BIBIR. KENYATAANNYA KEINGINAN DAN KEHAUSAN AKAN MENDAPATKAN SESUATU YANG AKAN MENJADI KEINGINAN PRIBADI TELAH MEMPERKOSA SISTEM, TELAH MENODAI MEKANISME, DAN TELAH MENELANJANGI AKUNTABILITAS, TRANSPARANSI, DAN BERKEADILAN. SETELAH KEJADIAN YANG TELAH MEMPORA-KPORANDAKAN AMANAH UNDANG-UNDANG, MAKA PARA PELAKU-PELAKU YANG MENGATASNAMAKAN PEJABAT, SAMBIL TERSNYUM BERUJAR DALAM HATI, "ITUKAN HANYA DALAM SISTEM." SISTEM ITU HARUS DI SETIR SESUAI KEINGINAN. MAKA ORANG-ORANG YANG BERADA DALAM LINGKARAN DAN KOMUNITAS P"PEMBOHONG PUBLIK" BERLENGGANG-LENGGOK DALAM KEKENYANGAN. SEMENTARA ORANG YANG TERTINDAS AKIBAT PERBUATAN MEREKA HANYA BISA MENANGIS, MERONTA, MENGUTUK, DAN BERDO'A. KEJADIAN SEPERTI INI TELAH MERATA DI SEANTERO NUSANTARA INI, DARI PUSAT HINGGA DAERAH, DARI PROPINSI HINGGA KECAMATAN, DARI KELURAHAN.DESA HINGGA DUSUN. YANG TERTINDAS MENANGIS PILU, YANG BERMAIN DI BALIK SISTEM TERTAWA PUAS SAMBIL MENGUAKKAN GIGI TARING BUSUKNYA YANG TELAH BERLENDIR PENUH DENGAN DUSTA, PENIPUAN, KEBOHONGAN, DAN KENISTAAN. SETELAH YANG TERZHALIMI TERDIAM DALAM KETIDAKMAMPUANNYA, SANG PEMAIN BERLALU SAMBIL BERSIUL DENGAN MENYANYIKAN TEMBANG "YANG KAYA MAKIN KAYA, YANG MISKIN MAKIN MISKIN". JANGAN SALAHKAN SIAPA-SIAPA, SEBAB KALAU DICARI SIAPA YANG SALAH, MAKA AKAN LEBIH BANYAK PULA YANG AKAN DIPERSALAHKAN. OH..NEGERIKU....KEKASIHKU...SAYANGKU....TAPI SAYANGNYA NEGERIKU TETAP SEPERTI YANG DULU. DIAM DALAM KEPASRAHAN. MENGUTUK DALAM KEBISUAN. ANDAIKAN PARA PAHLAWAN HIDUP KEMBALI DARI TIDURNYA, PASTI MEREKA AKAN BERUCAP SUMPAH SERAPAH. UNTUK ITU, WAHAI PAHLAWAN..JANGAN LAH BANGUN DARI TIDURMU SEBAB DIRIMU SUDAH TAK BERGUNA LAGI. YANG BERGUNA ADALAH, HARTA, KEKUASAAN, JABATAN, KEPUASAN, DAN KESENANGAN.

Selasa, 11 Februari 2014

IKAN DAN KEPEMIMPINAN

IKAN DAN KEPEMIMPINAN
Filosofis ikan nampaknya sinkron dengan sebuah kepemimpinan. bagusnya kondisi ikan yang akan dikonsumsi nampak dari beningnya bola matanya. Patokan ikan itu bagus atau tidak dilihat dari bagian kepalanya. biasanya ikan akan dikatakan "Busuk" dan tidak layak dikonsumsi apabila matanya agak kabur dan kemerahan. Baik buruknya kualitas ikan ditentukan oleh bagian kepalanya. Sebab ikan "Busuk" dimulai dari kepala dan menjalar ke bagian perut sampai sayap-sayapnya.
Demikian halnya  sebuah kepemimpinan. rusaknya sebuah lembaga atau instansi, itu ditentukan oleh pimpinannya. Kalau pimpinannya baik, bagus, dan berkualitas, maka bawahannya, staf dan pegawainya pun akan bagus. Sebaliknya, kalau pemimpinnya rusak, kotor (akal, perbuatan, penipu, pembohong, egosi), maka akan berdampak ke bawahannya.
simaklah betapa banyaknya terjadi iklim kerja di berbagai instansi yang tidak kondusif, itu diakibatkan oleh pimpinannya yang "Busuk". Busuk dalam arti: ketidak mampuan dalam mengelola manejerial selaku pemimpin.Ikan "Busuk" diawali bagian kepala, maka Instansi "Busuk" di mulai dari pimpinannya.

Minggu, 09 Februari 2014

BANTUAN SISWA MISKIN?

PAGI ITU, PARA SISWA BERBARIS DI HALAMAN SEKOLAH SEPERTI BIASANYA. TIDAK ADA TAMPAK YANG LUAR BIASA. SAYA BERJALAN DI SELA-SELA BARISAN SISWA YANG TAMPAK AGAK SEDIKIT TIDAK TERATUR. MAKLUMLAH, KEBIASAAN SEORANG GURU YANG SELALU MEMBARISKAN SISWA SETIAP PAGI PADA JAM 07.15 WIB. SAAT MELEWATI SALAH SATU BARISAN, TERTANGKAP OLEH SAYA SEORANG SISWA YANG BAJU SERAGAM SEKOLAHNYA YANG TAMPAK MEMUDAR. SEPINTAS PERTANYAAN, APAKAH BAJUNYA ITU PUTIH ATAU KUNING. KUHAMPIRI DIRINYA, DAN KUSAPA. "APAKAH INI BAJUMU?". DIA MENJAWAB: " IYA PAK, TAPI INI BAJU ABANG SAYA KIAN."
SETELAH ITU SAYA MENINGGALKAN DIA, DAN BERLALU. NAMUN, SEJAK SAAT MELIHAT ANAK ITU, BERKECAMUK BERBAGAI PERTANYAAN DALAM HATIKU. BETULKAH BAJU ITU MILIK ABANGNYA KIAN? JADI KALAU BAJU ABANGNYA DIPAKAINYA, LANTAS APA BAJU YANG DIPAKAI ABANGNYA SEKARANG SAAT SEKOLAH?
KEESOKAN HARINYA, SEPERTI BIASANYA, PARA SISWA JUGA BERBARIS DI HALAMAN SEKOLAH. TERLIHAT OLEH SAYA SEORANG ANAK YANG BERJALAN DENGAN MEMAKAI SEPATU YANG SUDAH ROBEK. TAMPAK KAUS KAKI PUTIHNYA YANG SUDAH MULAI MENGHITAM. SAYA TAK LAGI MENANYA, NAMUN TETAP MENJADI BAHAN DISKUSI DALAM HATI DAN PEMIKIRANKU. NAMUN KEDUA WAJAH DAN NAMA ANAK ITU SELALU TERBAYANG DI PELUPUK MATAKU.
BEBERAPA HARI KEMUDIAN, SAAT SAYA MENGHADIRI SEBUAH PESTA, SAYA MELIHAT ANAK ITU BERSAMA IBUNYA. DENGAN TERSENYUM, SAYA MENEGUR IBU SANG ANAK YANG MENGENAKAN GAUN PESTA LENGKAP DENGAN PERNAK-PERNIK DAN PERHIASAN GAUN LAINNYA. TERNYATA, IBUNYA MAMPU MEMBELI PAKAIAN YANG JAUH LEBIH BAGUS DARI PENGUNJUNG LAINNYA.
KEESOKAN HARINYA,.........(BESAMBUNG)

Jumat, 07 Februari 2014

RENUNGAN



= R E N U N G A N =
MENYIBAK KEBOHONGAN
Seorang pedagang buah  menjajakan dagangannya di keranjang yang dibentangkan di tempat berjualan mengatur susunan buah secara teratur. Buah yang bagus diletakkan dibagian atas sementara buah yang kurang bagus disusun di bagian bawah.  Semua buah yang ditata sedemikian apik membuat pembeli berselera untuk menikmatinya. Setelah tawar menawar buah dibeli, sipedagang mulai memasukkan buah ke dalam plastik. Namun anehnya sang pedagang mengambil buah dari bagian bawah. Sesampainya di rumah sang pembeli menggerutu, ternyata yang dimasukkan si pedagang adalah buah  bagian bawah yang jelek kualitasnya.
Seorang suami yang selalu menyanjung sang isteri dia mengatakan isterinya cantik, manis dan wanita terbaik di dunia sehingga sang isteri senang bukan main. Setelah beberapa lama, suami isteri itu terlibat pertengkaran hebat yang ternyata pertengkaran itu di akibatkan oleh sang suami terlibat perselingkuhan dengan wanita lain.
Serorang isteri yang selama ini terkesan setia mendampingi suaminya berumah tangga beberapa tahun hidup dengan penuh kemesraan dibawah cinta seolah-olah tak akan terpisah sampai ajal datang ternyata akhirnya berujung di pengadilan disebabkan perselingkuhan yang telah lama dijalani sang isteri dengan suami orang.
Seorang pejabat ingin dipilih menjadi pemimpin  menebar pesona kepada masyarakat dengan berbagai kalimat manis sehingga masyarakat terbuai oleh janji-janji yang diucapkan. Namun  akhirnya masyarakat kecewa dan dongkol  dengan perbuatan pejabat tersebut yang tidak sesuai dengan kenyataan yang selama ini dijanjikan.
Keempat ilustrasi di atas merupakan cuplikan dari sebuah kebohongan. Ternyata kebohongan-kebohongan itu terjadi disemua lapisan baik masyarakat, elit politik, orang kaya, orang terpandang bahkan dalam rumah tangga sendiri. Yang menjadi pertanyaan apakah sebenarnya “bohong” itu? Kebohongan yang mungkin terjadi bisa sebanyak fenomena yang mungkin terjadi di dunia. Setiap fenomena bisa dibuat versi bohongnya. Oleh sebab itu, berbohong luar biasa gampang karena tinggal men’tidak’kan apa yang ada saja.
Setiap orang berbeda menafsirkan makna bohong. Ada orang yang mengatakan bohong adalah cara untuk menyelamatkan diri. Ada orang mengatakan bahwa bohong adalah metode yang dipakai untuk memuluskan keinginan. Bahkan ada orang beranggapan bahwa bohong itu adalah sarana untuk bisa menikmati apa yang menjadi kebutuhannya meskipun itu salah. Untung yang banyak, kenikmatan yang yang dirasa, jabatan yang diraih kalau didapatkan dengan cara yang salah akan berakhir dengan jalan yang salah pula.
Secara psikologis bohong itu merupakan persekongkolan antara akal dengan nafsu. Dalam diri manusia, kedua unsur ini sangat dominan. Sehingga dominannya kedua unsur itu mengakibatkan leinginan yang menyimpang lebih besar untuk direalisasikan. Akal merupakan mesin pencetak terjadinya sebuah kebohongan. Dengan akal, maka kondisi apapun bisa dipakai dalam memuluskan keinginan. Padahal secara nurani hati menolak. Benarkah hati menolak “kebohongan” itu?
Hakikat hati adalah suci laksana air yang jernih. Maka manusia yang berbohong biasanya hatinya tidak akan tenang, merasa bersalah, merasa berdosa. Pedagang yang berbohong, suami yang berbohong, isteri yang berbohong, bahkan pejabat yang berbohong kalau ditanya hati nurani jelas tidak tenang. Betapa banyaknya manusia yang akhirnya menyesali kebohongan yang telah dilakukannya. Namun penyesalan itu biasanya terjadi apabila kebohongannya itu terkuak.
Berdasarkan tingkat dampaknya, bohong dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni bohong besar dan bohong kecil. Bohong besar adalah bohong yang menimbulkan dampak yang besar dan luas, serta sangat merugikan. Umumnya bohong besar  terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat sehari-hari. Misalnya kebohongan yang dilakukan oleh yang dilakukan oleh pejabat terhadap masyarakatnya, atau pimpinan organisasi terhadap anggotanya. Termasuk ke dalam bohong besar adalah berbagai kebohongan publik yang dikeluarkan oleh berbagai pihak untuk menipu orang banyak, yang memberikan dampak yang luas, dikategorikan sebagai bohong besar.      
Bohong kecil tidak memberikan pengaruh merugikan yang luas. Bohong kecil adalah bohong yang biasa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari oleh warga masyarakat. Biasa juga dipraktekkan di antara sesama teman, antara suami dengan isteri, antara kakak dengan adik, antara menantu dengan mertua. Pendek kata, bohong kecil adalah bohong yang kita alami dan mungkin kita lakukan dalam hidup sehari-hari.
Ada pepatah mengatakan sepandai-pandainya tupai melompat suatu saat akan jatuh juga. Itu pepatah lama, pepatah itu sekarang telah mulai bergeser dengan ungkapan baru: sepandai-pandai tupai melompat akhirnya tupai sadar juga setelah dia benar-benar jatuh.

                                                                                Penulis:
Abdusima Nasution, S.Ag., MA
(Guru MTs N Barus dan Dosen STIT HASIBA Barus)
                                                                               

SEKULARITAS DAN SPRITUALITAS: MENCARI FORMAT INTEGRASI ILMU UNTUK KONSTRUKSI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM[1]



SEKULARITAS DAN SPRITUALITAS:
MENCARI FORMAT INTEGRASI ILMU UNTUK
KONSTRUKSI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM[1]

Oleh:
Abdusima Nasution

Kata kunci: Sekularitas, Spritualitas, Integrasi Ilmu, dan Kurikulum.

Pendahuluan.
            Sekularitas mengandung makna kehidupan duniawi.[2] Sementara spritualitas mengandung arti yang berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, bathin).[3] Kedua kata itu kalau ditinjau mempunyai korelasi antara keduniaan yang bersifat materi dengan kejiwaan yang bersifat non materi. Seolah-olah ada makna yang terkandung bahwa sekularitas konotasinya materi sedangkan spritualitas konotasinya agama. Disini akan diuraikan bagaimana hubungan kedua unsur sekularitas dan spritualitas dengan pendidikan.
Salah satu tujuan pendidikan Islam yang sangat fundamental adalah untuk tercapainya hasil yang lebih baik, maksimal dan berdayaguna dalam menjawab tantangan zaman. Dewasa ini pendidikan dihadapkan kepada berbagai permasalahan yang multikomplek dari berbagai aspek. Mulai dari perkembangan zaman, kondisi lingkungan hingga pergeseran nilai di tengah-tengah masyarakat. Dalam menjawab permasalahan itu, maka diperlukan suatu sistem yang tepat agar permasalahan-permasalahan itu bisa diatasi melalui berbagai pendekatan.
Orientasi masyarakat yang tertuju kepada materialis juga mempengaruhi pendidikan yang ada. Pendidikan diharapkan mampu menjadikan insan-insan yang berkualitas sekaligus mampu menata kehidupan ekonominya di masa mendatang. Disamping itu kemiskinan rohani (spritual) juga tak kalah penting bagi pendidikan, sehingga pendidikan juga diharapkan mampu mengisi spritual dari aspek religius yang berfungsi sebagai pedoman hidup di masa datang.
Untuk menjaga agar tidak terjadinya  kemiskinan materi dan nilai-nilai religius, maka merupakan hal yang diwajibkan bagi pemerhati pendidikan untuk menata kurikulum melalui penggabungan (integrasi) berbagai ilmu. Disatu sisi perihal ekonomi harus di perhatikan, disisi lain nilai-nilai keagamaan juga harus ditingkatkan. Dengan demikian maka disusunlah format baru untuk mengintegrasikan sekularitas dan spritualitas ke dalam sebuah kurikulum pendidikan Islam yang mampu menjawab tantangan di masa mendatang.




















PEMBAHASAN

A.    Sekularitas dan Spritualitas dalam Nilai-nilai Pendidikan.
Manusia adalah makhluk Allah yang telah ditetapkan sebagai khalifah di muka bumi ini. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an:
øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz (
30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." [4]
Ayat di atas menunjukkan betapa besarnya tanggung jawab manusia yang diberikan Allah dalam menangani dan menjaga kelestarian bumi. Selaku hamba Allah yang telah dikarunia akal fikiran, maka dengan berbagai usahapun dilakukan manusia termasuk menjaga kelestarian alam dengan ilmu atau pendidikan yang dimiliki.
Tujuan hidup dan menjaga kelestarian alam pada gilirannya akan bersinggungan dengan tujuan pendidikan Islam, sebab pada dasarnya pendidikan bertujuan memelihara kehidupan manusia. Tujuan pendidikan Islam, tidak boleh tidak, harus terkait dengan tujuan hidup manusia. Manusia seperti apa yang hendak dibentuk dan diinginkan oleh pendidikan Islam, jawabannya tergantung kepada tujuan hidup yang hendak ditempuh oleh seorang muslim.[5] Dengan demikian pendidikan Islam sangat sesuai dengan harapan atau cita-cita hidup manusia.
Meski demikian, manusia selaku makhluk yang berakal serta mempunyai hawa nafsu tentu membutuhkan berbagai kebutuhan yang menjadi sarana dalam meningkatkan taraf hidupnya. Dalam hal ini kehidupan materialis juga sangat berharga dalam kelangsungan hidupnya. Bukan hal yang berlebihan apabila dikatakan manusia rentan dengan gaya hidup yang sesuai dengan keadaan.
Sehingga para ahli filsafat telah memberikan berbagai predikat kepada manusia. Predikat-predikat ini adalah sebagai berikut:
1.      Manusia adalah homo sapiens, artinya makhluk yang mempunyai budi pekerti.
2.      Manusia adalah animale rationale, artinya binatang yang dapat berfikir.
3.      Manusia adalah homo laquen, artinya makhluk yang pandai menciptakan bahasa.
4.      Manusia adalah homo faber, artinya makhluk yang pandai membuat perkakas.
5.      Manusia adalah zoon politicon, artinya makhluk yang pandai bekerjasama.
6.      Manusia adalah homo economicus, artinya makhluk yang tunduk kepada prinsip-prinsip ekonomi.
7.      Manusia adalah makhluk homo religius, artinya makhluk yang beragama.
8.      Manusia adalah homo planemanet, artinya makhluk yang terdiri dari unsur ruhaniah-spritual.
9.      Manusia adalah homo educandum (educable), artinya makhluk yang dapat menerima pendidikan.[6]
Dengan demikian berbagai kebutuhan baik materi maupun non materi menjadi dasar berpijak untuk mencapai kehidupan manusia. Dalam perkembangan manusia dari zaman ke zaman, maka nampak jelas bagaimana kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia yang beraneka ragam. Kebutuhan pokok manusia itu antara lain:
1.      Kebutuhan Biologis
2.      Kebutuhan Psikis
3.      Kebutuhan Sosial
4.      Kebutuhan agama (Spritual)
5.      Kebutuhan Paedagogis.[7]
Namun terkadang, diantara manusia ada yang sangat menomorsatukan materi sebagai tujuan akhir dari kehidupan. Sehingga dengan tujuan yang demikian mengakibatkan tidak memikirkan aspek ketenangan jiwa (rohani). Padahal Islam lebih cenderung untuk menegaskan perpaduan antara kemampuan kejiwaan dan kenyataan materi sebagai realita merupakan sumber proses “mengetahui” manusia yang keduanya merupakan “kebenaran” menurut ukuran proses hidup manusiawi dan bukan Ilahi.[8]
Tugas utama pendidikan sesungguhnya adalah mengubah (transform) potensi-potensi manusia menjadi kemampuan-kemampuan atau ketrampilan-keterampilan yang dapat dimanfaatkan manusia. Potensi intelektual misalnya, tidak ada gunanya kalau hanya disimpan di kepala. Ia akan menjadi berguna, manakal sudah diubah melalui proses pendidikan, menjadi penemuan-penemuan ilmiah dalam berbagai bidang ilmu oengetahuan dan teknologi.[9] Sehingga orientasi sekuleritas nampak jelas disini sesuai dengan fokus yang diharapkan dari tuntutan zaman serta penambahan displin ilmu.
Dewasa ini telah muncul suatu fenomena yang perlu dicermati dengan serius. Pendidikan model Barat, pada satu sisi, telah dapat mengeksploitasi potensi intelektual manusia sebesar-besarnya sehingga melahirkan teknologi yang canggih. Namun pada sisi lain, pendidikan model Barat telah melupakan aspek moral dan spritual yang ada pada diri manusia. Akibatnya mereka mereka berhasil menciptakan manusia modern yang hidup dalam dunia teknologi, tetapi jiwa mereka dihinggapi dan dilanda suatu krisis yang disebut  dengan krisis moral-spritual.[10]  Ini berdampak kepada terjadinya manusia yang berfikiran maju namun hampa dengan nilai akhlak dan nilai religiusitas (keagamaan) atau yang lebih populer dengan sekuleritas.
Hal ini telah terjadi bukan hanya di negara Barat saja, bahkan telah menjalar ke dunia Timur termasuk di Indonesia yang selama ini masih tetap konsisten dengan ajaran religiusitas. Yang menjadi permasalahan yang krusial adalah bagaimana supaya kondisi ini segera diatasi dengan menguatkan kembalai nilai-nilai spiritual bagi manusia pada umumnya dan pelajar khususnya.
Berbicara mengenai spritualitas dalam hal ini nilai-nilai keagamaan jauh-jauh hari sebelumnya Islam telah dulu mengisyaratkan agar tetap menjadikan nilai-nilai spritualitas sebagai control of power dalam bertindak dan berfikir. Keinginan yang berlebihan dalam materi (sekularitas) sebaiknya diimbangi dengan nilai-nilai spritualitas. Dibawah ini akan diketengahkan bagaimana Islam memberikah arahan yang sangat jitu untuk menanggapi sekularitas.
Penekanan spritualitas dalam Islam diawali dari prose tauhid dan menjalar kepada tuntunan Al-Quran dan dimanifestasikan dengan ilmu dan akhlaqul karimah. Penekanan tauhid itu adalah mengenai “ke-Tuhanan”. Al-Qur’an sebagai sumber pertama dan utama ajaran Islam menjelaskan bahwa kehadiran Tuhan ada dalam diri setiap insan. Hal ini merupakan fitrah (bawaan) manusia sejak asal kejadian manusia sebagaimana di jelaskan dalam firman Allah:
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $ZÿÏZym 4 |NtôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# tsÜsù }¨$¨Z9$# $pköŽn=tæ 4 Ÿw Ÿ@ƒÏö7s? È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 šÏ9ºsŒ ÚúïÏe$!$# ÞOÍhŠs)ø9$#  ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÉÈ [11] 
30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],
                        Juga di  ayat lain :
øŒÎ)ur xs{r& y7/u .`ÏB ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä `ÏB óOÏdÍqßgàß öNåktJ­ƒÍhèŒ öNèdypkô­r&ur #n?tã öNÍkŦàÿRr& àMó¡s9r& öNä3În/tÎ/ ( (#qä9$s% 4n?t/ ¡ !$tRôÎgx© ¡ cr& (#qä9qà)s? tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# $¯RÎ) $¨Zà2 ô`tã #x»yd tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÐËÈ[12]  
172. dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".
Kedua ayat itu menjelaskan bahwa pada hakikatnya Tauhid (ke-Tuhanan) merupakan hal yang telah ada bagi manusia. Fitrah itu ada seiring dengan diciptakannya manusia itu sendiri. Fitrah manusia yang telah ditanamkan sejak dalam rahim terus berkembang sesuai dengan fase-fase yang dilaluinya.
Lahirnya manusia ke atas dunia ini tentunya mengalami berbagai perubahan sesuai dengan pendidikan yang diterimanya. Sehingga berbagai permasalahan yang ada di muka bumi ini ada yang bisa dicerna oleh akal fikiran dan ada juga yang tidak terjawab kecuali dengan ajaran Islam.
B.     Integrasi Ilmu untuk Konstruksi Kurikulum Pendidikan Islam.
Dikotomi ilmu ke dalam ilmu agama dan non agama, sebenarnya bukan hal yang baru. Islam telah mempunyai tradisi dikotomi ini lebih dari seribu tahun silam. Tetapi, dikotomi tersebut tidak menimbulkan terlalu banyak problem dalam sistem pendidikan Islam, hingga sistem pendidikan sekuler Barat diperkenalkan ke Dunia Islam melalui imperialisme.[13]
Penyebab dikotomi ilmu ini ternyata berdampak sampai ke dunia pendidikan termasuk pendidikan Islam. Nampaknya dikotomi ilmu telah berhasil memisahkan antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Dikotomi yang begitu ketat antara ilmu-ilmu agama dan sekuler, seperti yang telah digambarkan di atas tentunya sangat disayangkan karena telah mengarah kepada pemisahan yang tidak bisa dipertemukan lagi antara keduanya dan bahkan cenderung pada penolakan keabsahan masing-masing dengan menggunakan metode yang juga sangat berbeda dengan sudut jenis dan prosedurnya.[14]
Menilik kepada persoalan di atas ditambah dengan tantangan zaman yang selalu  merongrong dinamika pendidikan Islam, maka tidak ada tawar menawar kecuali merekonstruksi kurikulum pendidikan berdasarkan integrasi antara ilmu umum dengan ilmu agama. Satu sisi pendidikan menyelamatkan nilai –nilai duniawi dan disisi lain pendidikan Islam bertanggung jawab penuh akan nilai-nilai Islami. Yang menjadi acuan awal dalam mengatasi ini adalah apa yang bernilai untuk diajarkan dan bagaimana model atau cara untuk menyusunnya.
Salah satu tugas pokok filsafat pendidikan Islam adalah memberikan kompas atau arah dan tujuan pendidikan Islam. Suatu tujuan kependidikan yang hendak dicapai harus direncanakan (diprogramkan) dalam apa yang disebut “kurikulum”.[15]  Kurikulumlah yang menjadi ujung tombak perbaikan pendidikan sekaligus perobah sisi kehidupan untuk peserta didik di masa mendatang.
Pendidikan Islam, akhir-akhir ini menghadapi banyak tantangan yang berusaha mengancam keberadaannya. Tantangan tersebut merupakan bagian dari sekian banyak tantangan global yang memerangi kebudayaan Islam.
Tantangan pertama adalah kebudayaaan Islam berhadapan dengan kebudayaan Barat Abad ke-20. Jika tidak ada respons dari para pemikir muslim yang ikhlas dapat meningkat menjadi ancaman bagi kebudayaan Islam, karena kebudayaan barat didukung dengan buku-buku, televisi, radio, bioskop dan semisalnya yang tersebar ke berbagai kalangan muslim.
Tantangan kedua bersifat intern, tampak pada kejumudan produktifitas pemikiran keislaman dan upaya menghalangi produktivitas tersebut. Tantangan ini membuat generasi muda muslim terpenjara dalam kebudayaan materialistis. Pendidikan Islam mempunyai tugas untuk menegakkan prinsip “sampaikanlah yang benar” dan menjunjung tinggi nilai dakwah berdasarkan pengetahuan, kesadaran, dan niat yang kuat.
Tantangan ketiga, kebudayaan yang dimiliki sebagian pemuda muslim yang sedang belajar di negeri asing, hanya kebudayaan asing. Jika mereka kembali ke negara asal, mereka bisa meniru kebudayaan asing secara buta dan membawa filsafat barat yang tidak sesuai dengan realitas dan warisan kebudayaan mereka.
Tantangan keempat, sistem kebudayaan Islam di sebagian negara muslim masih terpaku pada metode tradisional dan kurang merespons perkembangan zaman secara memadai agar generasi muda tidak berpaling kepada kemewahan kehidupan modern dan kebudayaan barat. Kebudayaan Islam di negara-negara tersebut belum membekali mereka dengan konsep Islam yang komprehensif tentang kehidupan islami yang didasarkan atas ilmu, amal, akidah dan jihad. Konsep yang dimaksud adalah bahwa Islam merupakan sistem kehidupan yang mampu menyelesaikan berbagai persoalan dengan metode orisinal-elastis yang di satu sisi memelihara dasar-dasar Islam dan di sisi yang lain memenuhi tuntutan zaman.
Tantangan kelima, kurikulum universitas di sebagian dunia Islam masih mengabaikan kebudayaan Islam. Alasan mereka, karena universitas hanya bertugas menghasilkan tenaga-tenaga terampil bagi masyarakat, sedangkan pembekalan keagamaan menjadi tugas fakultas-fakultas keagamaan.
Tantangan keenam, berkenaan dengan pendidikan wanita muslimah. Perlu dilakukan penelitian terhadap kekurangan pendidikan anak-anak putri. Karena di tangan ibu terbentuk kepribadian generasi mendatang.[16] Tantangan-tantangan itu harus dibahas demi langgengnya operasional pendidikan untuk generus bangsa.
Dengan demikian, kurikulum yang dipandang baik untuk mencapai tujuan pendidikan Islam adalah yang bersifat integrated dan komprehenshif, mencakup ilmu agama dan umum. Permasalahannya adalah bagaimana caranya menetapkan prioritas ilmu pengetahuan yang perlu dituangkan ke dalam kurikulum tersebut.[17] Sehingga kurikulum sarat dengan nilai sekularitas dan spritualitas. Kesempurnaan manusia  tidak tercapai kecuali dengan menyerasikan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Demikian pandangan Ibnu Sina dan Ikhwanussofa, juga Al-Farabi.[18]
Berkaitan dengan itu Mulyadhi Kartanegara memberi konsep yang berbeda dalam mengintegrasikan ilmu. Dalam integrasi ilmu itu prinsip utama adalah konsep tauhid. Dikatakannya konsep tauhid tentu saja diambil dari formulasi konvensional Islam. “la Ilaha Illallah” yang artinya “tiada Tuhan selain Allah”. Dan seperti  yang telah dijelaskan diatas, ia telah menjadi prinsip paling dasardari ajaran Islam, dan dalam kaitannya dengan concern kita tentang integrasi ilmu, telah menjadi prinsip yang paling utama dari prinsip-prinsp epistimologi Islam, sehingga ia juga telah menjadi asas pemersatu atau dasar integrasi ilmu pengetahuan manusia.[19]
Hal senada juga dinyatakan oleh Osman Bakar, dikatakannya bahwa manusia memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber dan melalui berbagai cara dan jalan. Tetapi semua pengetahuan pada akhirnya berasal dari Tuhan Yanag Maha Meengetahui. Menurut pandangan Al-Qur’an, pengetahuan manusia tentang benda-benda maupun hal-hal tuhaniah menjadi mungkin karena Tuhan telah memberinya fakultas-fakultas yang dibutuhkan untuk mengetahui. Banyak filosof dan ilmuwan Muslim berkeyakinan bahwa dalam tindakan  berfikir dan mengetahui, akal manusia mendapat pencerahan dari Ilahi.[20]
Dalam merekonstruksi pendidikan Islam, kurikulum sebuah pendidikan senantiasa mengalami perkembangan dan pendidikan. Di dalam kurikulum tidak dikenal adanya istilah selalu up to date. Kurikulum selalu mengalami perubahan dan perkembangan, seiring perubahan dan perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat. Akan tetapi, perubahan dan pengembangan kurikulum tidak selalu diartikan secara total, tetapi sifatnya lebih merupakan revisi.[21] Di dalam merevisi atau membina sebuah kurikulum, ada empat asas yang perlu diperhatikan, yaitu asas filosofis yang berkaitan dengan filsafat dan tujuan pendidikan, asa psikologis yang menyangkut psikologi belajar dan psikologi anak, asas sosiologi menyangkut perubahan dalam masyarakat, dan asas organisatoris berkaitan dengan bentuk organisasi kurikulum.[22]  Dalam menata dan merekonstruksi kurikulum maka keempat asas ini mesti diperhatikan agar kruikulum itu sesuai dan berdaya saing tinggi bagi peserta didik.
Sementara itu, Noeng Muhajir, ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu pendekatan akademik, pendekatan teknologik, dan pendekatan humanistik.[23] Pendekatan akademik digunakan apabila suatu program pendidikan dimaksudkan untuk mencetak disiplin ilmu tertentu, dalam arti membekali peserta didik dengan sebuah spesialisasi. Disini program pendidikan diarahkan untuk menumbuhkan fungsi kreatif peserta didik secara oprimal. Pendekatan teknologik digunakan apabila sebuah program pendidikan bermaksud menghasilkan peserta didik yang dapat melaksanakan tugas kerja yang diembannya. Pendekatan ini biasanya digunakan bagi program pendidikan yang tugasnya menyiapkan tenaga kerja profesional, seperti menjadi pilot, menjadi guru, atau menjadi arsitektur. Sedangkan pendekatan humanistik, digunakan apabila program pendidikan dimaksud bertujuan mengembangkan wawasan dan prilaku peserta didik sesuai cita-cita ideal yang hendak dicapai. Jelasnya pendekatan akademik digunakan untuk menyusun program pendidikan keahlian berdasarkan sistematika disiplin ilmu, pendekatan teknologi untuk menyusun program pendidikan keahlian yang bertolak dari analisis komptensi yang dibutuhkan untuk melaksanakantugas tertentu, dan pendekatan humanistik digunakan untuk menyusun program pendidikan keahlian yang bertolak dari ide “memanusiakan manusia”.[24] Dari pendekatan-pendekatan itu maka lembaga pendidikan yang akan mencetak lulusan yang kompetitif mempunyai kemampuan melalui integrasi ilmu.
Konstruksi kurikulum yang dilandasi integrasi ilmu idealnya terkombinasi dalam kurikulum pendidikan Islam. Sehingga kurikulum berfungsi secara sendirinya dalam dinamika kehdupan manusia. Dengan fungsi seperti itu, kurikulum pendidikan Islam memiliki lima ciri utama yang membedakannya dari kurikulum secara umum.[25] Pertama, kurikulum pendidikan Islam menonjolkan dan mengutamakan agama dan akhlak dalam berbagai tujuannya. Materi, metode, alat, dan tehnik pengajaran dalam kurikulum pendidikan Islam semuanya bercorak agama. Kedua, cakupan dan kandungan kurikulum pendidikan Islam bersifat luas dan menyeluruh. Kurikulum pendidikan Islam seyogyanya merupakan cerminan dari semnagat, pemikiran dan ajaran Islam bersifat universal dan menjangkau semua aspek kehidupan, baik intelektual, psikologis, sosial, dan spritual. Ketiga, kurikulum pendidikan Islam menerapkan prinsip kesimbangan di dalam muatan keilmuannya, dan di dalam fungsi ilmu pengetahuan, baik bagi pengembangan individu maupun bagi pengembangan masyarakat. Keempat, kurikulum pendidikan Islam mencakup keseluruhan mata pelajaran yang dibutuhkan peserta didik, baik yang sakral-keakhiratan maupun profan-keduniaan. Kelima, kurikulum pendidikan Islam selalu disusun berdasakan kesesuaian dengan minat dan bakat peserta didik.
Berdasarkan ciri-ciri dan karakteristik di atas, kurikulum pendidikan Islam dibuat dan disusun dengan mengikuti tujuah prinsip sebagai berikut:
1.      Prinsip pertautan dengan agama, dalam arti bahwa semua hal yang berkaitan dengan kurikulum, termasuk tujuan, kandungan, metode, dan lain-lain yang berlaku dalam proses pendidikan Islam, senantiasa berdasar pada ajaran akhlak Islam.
2.      Prinsip universal, maksudnya tujuan dan kandungan kurikulum pendidikan Islam harus meliputi segala aspek bermanfaat, baik bagi peserta didik seperti pembinaan akidah, akal, jasmani, maupun bagi masyarakat seperti perkembangan spritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, dan lain-lain.
3.      Prinsip keseimbangan di dalam tujuan kurikulum dengan kandungannya. Kurikulum pendidikan Islam yang berdasar pada filsafat dan ajaran Islam senantiasa menekankan pentingnya kehidupan dunia dan akhirat secara seimbang.
4.      Prinsip keterhubungan kurikulum dengan bakat, minat, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik, serta dengan lingkungan sosial yang menjadi tempat berinteraksi peserta didik. Dengan prinsip ini, kurikulum pendidikan Islam bermaksud memelihara keaslian peserta didik yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
5.      Prinsip memerhatikan perbedaan individu, agar kurikulum pendidikan Islam memiliki relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakatnya.
6.      Prinsip perkembangan dan perubahan, dalam arti bahwa kurikulum pendidikan Islam senantiasa sejalan dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum yang memiliki nilai maslahat bagi masyarakat merupakan suatu keharusan.
7.      Prinsip pertautan antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman dan aktifivitas-aktivitas pendidikan yang terkandung dalam kurikulum. Pertautan ini menjadi penting agar kurikulum pendidikan Islam senantiasa mengikuti perkembangan zaman, yang selaras dengan kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan masyarakatnya.
Sehingga dengan prinsip – prinsip itu maka disusunlah konstruksi baru dalam bentuk kurikulum dengan mengintegrasikan ilmu umum untuk menjawab tantangan dunia dan ilmu agama dalam menumbuh kembangkan spritual (jiwa).
C.     Konstruksi Kurikulum
Upaya peningkatan mutu pendidikan dengan memberi bekal sangat diperlukan, untuk menghadapi jenjang pendidikan selanjutnya dan dunia kerja. Maka pendidikan perlu dikembalikan kepada prinsip dasarnya, yaitu upaya memanusiakan manusia (humanis); mengembangkan potensi dasar agar siswa berani dan mau mengahadapi problema yang dihadapi tanpa rasa tertekan; serta mau, mampu dan senang meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi sehingga terdorong untuk memelihara diri sendiri maupun hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, dan lingkungannya.[26]
Dalam mencapai sasaran yang diinginkan dari pendidikan yang berfokus kepada kurikulum dan juga untuk menjawab tantangan pendidikan berdasarkan nilai sekularitas dan spritualitas, maka perlu diadakannya rekonstruksi kurikulum kembali. Rekonstruksi ini dilakukan bukan berarti menghilang kurikulum yang ada. Namun menambahnya dengan kapasitas yang berkualitas. Untuk itu setidaknya ada tiga rekonstruksi kurikulum yang harus diadakan:
1.      Merekonstruksi kurikulum
2.      Kembali kepada penekanan akhlaq kepada Allah dan Makhluk-Nya
3.      Penyetaraan antara pelajaran agama dan umum.
Merekonstruksi kurikulum yang ada itu merupakan sebuah keharusan. Perkembangan zaman yang multikompleks seharusnya disikapi dan dijawab dalam kurikulum. Setidaknya 3 tahun sekali kurikulum harus direkonstruksi sesuai dengan kebutuhannya. Dalam merekanstruksi kurikulum, maka setiap sekolah idealnya wajib memberikan masukan yang bermanfaat terhadap kondisi yang terjadi dan berkembang dimana lembaga pendidikan itu berada. Misalkan saja; apabila terjadi krisis khatib, maka dalam pelajaran agama harus memasukkan kurikulum pembibitan khatib. Begitu juga tentang bilal mayit, muazzin, dan hal-hal yang dianggap mulai berkurang di tengah-tengah masyarakat.
Disamping itu penekanan akhlaq harus menjadi penekanan yang serius. Sebab titik tolak perbaikan nilai kemanusiaan baik bersifat duniawi maupun ukhrawi terletak dalam penekanan akhlaq. mungkin inilah yang dimaksudkan dengan pendidikan berkarakter. Semua mata pelajaran selalu dikaitkan dengan karakter yang akan di capai setelah pembelajaran. Sehingga muncul suatu asumsi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang kehidupannya membutuhkan orang lain, selalu bersama, berinteraksi dan bekerja sama.[27]
Penyetaraan antara pelajaran agama dan pelajaran umum dalam setiap sekolah atau madrasah diras sangat perlu. Hal ini akan berdampak kepada perbaikan nilai-nilai ilmu umum dan ilmu agama bagi anak didik. Kedangkalan ilmu agama akan menyebabkan anak alergi terhadap agama, sebalaiknya kedangkalan ilmu umum akan berdampak juga ketakutan untuk masuk ke jenjang pendidikan yang bermuatan ilmu umum. Namun apabila kesetaraan itu terlaksana, maka secara tidak langsung kurkulum akan mencetak pelajar-pelajar yang siap pakai dan faham tentang nilai-nilai agama (spritualisasi) dan kehidupan nyata (sekularitas).

KESIMPULAN

1.      Sekularitas dan Spritualitas merupakan dua hal yang harus tetap bagi setiap muslim yang dipadukan dalam desain integrasi ilmu.
2.      Menjawab tantangan sekularitas maka dibutuhkan kurikulum dalam pendidikan Islam itu dengan ilmu-ilmu umum, sedangkan untuk spritualitas dibutuhkan dengan ilmu-ilmu agama sehingga integrasi ilmu umum dan ilmu agama terintegrasi dalam sebuah wadah kurikulum pendidikan Islam.
3.      Dalam rekonstruksi kurikulum pendidikan Islam yang ideal terlebih dahulu memperhatikan aspek pendekatan, prinsip serta kebutuhan masyarakat ke depan.
4.      Pemerintah dalam hal ini lembaga pendidikan harus menempatkan kurikulum sebagaia acuan dasar dalam operasional pembelajaran sehingga anak bangsa mempunyai dedikasi intelektual religius dan intelektual teknologi.













DAFTAR PUSTAKA

Abrasyi, Muhammad ‘Athiyah; At-Tarbijjah Al- Islamijjah; Diterjemahkan oleh Prof. H. Bustami Abdul Gani & Djohar Lubis L.I.S. Dasar Pokok Pendidikan Islam. t.p: Bulan Bintang, 1974.

Arifin, Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Edisi Revisi.

Bakar, Osman . Tauhid dan Sain: Perspektif Islam tentang Agama dan Sains . diterjemahkan Yuliani Liputo & M.S.Nasrulloh .Bandung: Pusataka Hidayah, 2008.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.  Edisi Ke-Tiga.

http://elsya-arifin.blogspot.com/ diakses pada tanggal 4/4/13

Idi, Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Cet. I. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999.

Kartanegara, Mulyadhi. Integrasi Ilmu Sebuah Rekonstruksi Holistik. Bandung: Mizan Media Utama, 2005

Langgulung, Hasan. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna. 1988.

Muhajir, Noeng.  Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial: Teori Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif, Cet. II. Edisi V. Yogyakarta: Rake Sarasin. 2003.

Nasution, S.  Asas-Asas Kurikulum.  Edisi VI. Bandung: Jemmars. 1982.

Rusman . Manajemen Kurikulum . Jakarta: Raja Grafindi Persada. 2011.

Siti Halimah, Arah Pengembangan dan Muatan Isi Kurikulum Pendidikan Agama Islam , dalam Pendidikan & Transformasi Sosial.Bandung:Cita Pustaka, 2009.

Suharto, Toto Pergeseran Peradaban Menurut Arnold J. Toynbee dan Implikasinya pada Peradaban Islam, Profetika Jurnal Studi Islam, Vol. 6, No. 1 Januari 2004.

Suharto, Toto. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1992.

REVISI
MAKALAH
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


 SEKULARITAS DAN SPRITUALITAS:
MENCARI FORMAT INTEGRASI ILMU UNTUK
KONSTRUKSI KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


Oleh:
Abdusima Nasution
NIM. 3122273
Program Doktor Pendidikan Islam



Dosen Pengasuh Mata Kuliah:
DR. AL-RASYIDIN, M.Ag








PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
MEDAN SUMATERA UTARA
MEDAN
2013




[1] Disampaikan dalam  seminar  perkuliahan Filsafat Pendidikan Islam pada semester II Prodi Pendidikan Islam Program Doktor PPS IAIN SU
[2] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) Edisi Ke-Tiga, h. 1015
[3] Ibid., h. 1087.
[4] Q.S. Al-Baqarah/2:30
[5] Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988), h.
[6] Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 82
[7] Ibid., h. 95.
[8] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, Edisi Revisi), h. 70.
[9] Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 88.
[10] Toto Suharto, Pergeseran Peradaban Menurut Arnold J. Toynbee dan Implikasinya pada Peradaban Islam, Profetika Jurnal Studi Islam, Vol. 6, No. 1 Januari 2004, h. 130-132.
[11] Q.S. Ar-Rum/30: 30
[12] Q.S. Al-A’raf/7: 172
[13] Mulyadhi Kartanegara Sebuah Rekonstruksi Holistik ( Bandung: Mizan Media Utama, 2005), h.19
[14] Mulyadhi Kartanegara, Integrasi Ilmu…., h. 44.
[15] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam,… h. 77.
[16] http://elsya-arifin.blogspot.com/ diakses pada tanggal 4/4/13
[17] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 86.
[18] Prof. DR. Muhammad ‘Athiyah Al- Abrasyi; At-Tarbijjah Al- Islamijjah; Diterjemahkan oleh Prof. H. Bustami Abdul Gani & Djohar Lubis L.I.S. Dasar Pokok Pendidikan Islam (t.p: Bulan Bintang, 1974), h. 17
[19] Mulyadhi Kartanegara, Integrasi Ilmu…..,h. 32
[20] Osman Bakar, Tauhid dan Sain: Perspektif Islam tentang Agama dan Sains . diterjemahkan Yuliani Liputo & M.S.Nasrulloh (Bandung: Pusataka Hidayah, 2008), h. 149.
[21] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Cet. I, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 218.
[22] S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Edisi VI, (Bandung: Jemmars, 1982), h. 21-24
[23] Noeng Muhajir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial: Teori Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif, Cet. II. Edisi V, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2003), 128-131.
[24] Ibid., h. 78.
[25] Ibid., h. 490-518
[26] Rusman , Manajemen Kurikulum (Jakarta: Raja Grafindi Persada, 2011), h.513.
[27] Siti Halimah, Arah Pengembangan dan Muatan Isi Kurikulum Pendidikan Agama Islam , dalam Pendidikan & Transformasi Sosial (Bandung:Cita Pustaka, 2009), h. 87.