PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PEMECAHAN
MASALAH[1]
Oleh:
Abdusima Nasution
A.
Pendahuluan.
Keputusan merupakan
kebijakan-kebijakan yang diambil dalam menjawab berbagai permasalahan yang
timbul. Adakalanya permasalahan itu muncul dari dalam (intern) dan ada
juga yang berasal dari luar (ekstern). Setiap organisasi, baik
masyarakat, sekolah, perusahaan atau lembaga-lembaga pasti akan mengambil
langkah ini demi keefektifitasan dan kemajuan organisasi itu.
Tidak tertutup kemungkinan bahwa
keputusan-keputusan yang diambil dianggap benar dan baik, ternyata
mengakibatkan munculnya permasalahan yang baru. Untuk itu, pemecahan masalah
yang muncul itupun perlu dikaji kembali sehingga tidak menimbulkan permasalahan
yang multi-kompelks (komplekisitas problem).
Melihat pentingnya pengambilan
keputusan serta pemecahan masalah dalam organisasi dan lembaga, maka perlu
penelusuran yang mendalam dari berbagai aspek. Untuk itu, dalam makalah ini
akan diuraikan tentang proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
ditinjau dari proses awal (start proccess), tehnik pengambilan, model
pengambilan keputusan, tipe keputusan manajerial serta pelaksanaan pengambilan
keputusan sebagaimana yang telah diteliti oleh para ahli manajemen.
Sistematika pengambilan keputusan
telah diungkapkan dalam Al-Qur’an sebagiamana firman Allah:
$yJÎ6sù
7pyJômu
z`ÏiB
«!$#
|MZÏ9
öNßgs9
(
öqs9ur
|MYä.
$àsù
xáÎ=xî
É=ù=s)ø9$#
(#qÒxÿR]w
ô`ÏB
y7Ï9öqym
(
ß#ôã$$sù
öNåk÷]tã
öÏÿøótGó$#ur
öNçlm;
öNèdöÍr$x©ur
Îû
ÍöDF{$#
(
#sÎ*sù
|MøBztã
ö@©.uqtGsù
n?tã
«!$#
4
¨bÎ)
©!$#
=Ïtä
tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$#
ÇÊÎÒÈ
159. Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
B.
Tinjauan
Umum tentang Keputusan
Ada beberapa definisi yang
dikemukakan para ahli tentang pengertian keputusan. Husaini Usman
mendefinisikan bahwa, keputusan ialah proses memilih sejumlah alternatif.[2]
Sementara itu, Vethrizal Rivai dan Deddy Mulyadi memberikan pendapat bahwa,
penetapan dalam diri seseorang, untuk menerima atau menolak satu tujuan atau
lebih yang menuntun perbuatan atau kegiatannya.[3] Dari
kedua pendapat itu, maka dapat diambil makna bahwa keputusan itu merupakan hal
penting dari berbagai alternatif yang terbaik sehingga akan dapat berterima dan
dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan komitmen yang kuat.
Ada beberapa hal yang menjadi titik
fokus dalam pembicaraan tentang keputusan:
-
Teori
keputusan merupakan metodologi untuk menstrukturkan dan menganalisis situasi
yang tidak pasti atau beresiko, di sini keputusan lebih bersifat perspektif
dari deskriptif.
-
Pengambilan
keputusan adalah proses mental di mana seorang manajer memperoleh dan
menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, menggeser jawaban untuk
menemukan informasi yang relevan dan menganalisis data; manajer secara
individual dan dalam tim, mengatur, dan mengawasi informasi, terutama informasi
bisnisnya.
-
Pengambilan
keputusan adalah proses memilih di antara alternatif-alternatif tindakan untuk
mengatasi masalah.[4]
Keputusan-keputusan yang diambil
idealnya diambil oleh orang yang berkompeten pada bagiannya. Seorang superleader
harus mampu memimpin orang lain, memimpin dirinya sendiri sehingga menyerahkan
hampir sebagian besar keputusannya. Superleader hanya membuat keputusan
yang penting yang benar-benar berharga. Keputusan yang lainnya dibuat oleh
orang-orang yang tepat sesuai dengan masalah, isu, atau peluangnya. Sebagian superleader
harus mengidentifikasi lima peran. Pertama, sebagai pemimpin, penjaga utama,
penerjemah, guru, dan menjadi nilai utama. Kedua, sebagai penasehat utama.
Ketiga, sebagai petugas akuntabilitas. Keempat, sebagai selebrator, cheerleader
yang dapat membantu memecahkan konflik. Dan yang kelima, sebagai orang yang memilih
orang yang akan membuat keputusan akhir.[5] Itulah
orang-orang yang mempunyai kewenangan dalam mengambil keputusan sesuai dengan
tempat tugasnya.
Selain itu, penyebab pengambilan
keputusan juga diakibatkan beberapa faktor. Perubahan situasi dan kondisi yang
sangat cepat menjadi faktor yang harus dipertimbangkan dalam manajemen yang
mendorong manajer untuk mampu membuat sejumlah keputusan dalam waktu yang tepat
dan cepat. Untuk mampu mengimbangi cepatnya perubahan waktu, seorang manajer
harus sanggup menghadapi minimal tiga tantangan, yaitu: (1) keadaan yang sangat
kompleks, (2) keadaan yang tidak menentu, dan (3) tuntutan untuk dapat
bertindak luwes.[6]
Pertimbangan-pertimbangan seperti itu harus difahami oleh setiap manajer di
setiap lembaga atau instansi. Setidaknya faktor-faktor tersebut turut menjadi
latarbelakang dalam melahirkan sebuah keputusan.
Rencana pembuatan keputusan harus
dibuat, dikaji secara mendalam, disosialisasikan secara jelas, dan
diimplementasikan secara efektif dan efisien.[7]
Hal ini perlu dilaksanakan mengingat orang yang akan menggunakan keputusan itu
homogen sehingga berbeda dalam memahami serta melaksanakannya. Pengkajian itu
seharusnya dimulai sejak adanya terlihat gejala-gejala yang telah mempengaruhi
kinerja atau iklim kerja di tempat kerja, seperti dunia pendidikan, dunia
usaha, serta lembaga-lembaga lainnya.
Disamping itu, kepemimipinan
seseorang sangat besar perannya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga
membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadap hasilnya adalah
salahsaru tugas seorang pemimpin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, jika
pemimpin tidak dapat membuat keputusan maka dia (seharusnya) tidak dapat
menjadi pemimpin.[8]
Bituran-butiran keputusan yang dihasilkan akan menjadikan solidnya kerja yang
berdidipilin sekaligus mengangkat wibawa dan kharismatik yang memimpin. Namun
sebaliknya apabila keputusan itu diambil dengan tidak matang, apalagi idasarkan
atas tekanan dari segolongan pihak sehingga hasil keputusan yang diambil akan
menelurkan permasalahan baru.
Berbicara tentang proses pengambilan
keputusan dalam prakteknya dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut ini:
a.
Identifikasi
masalah
b.
Mendefinisikan
masalah
c.
Memformulasikan
dan mengembangkan alternatif
d.
Implementasi
keputusan
e.
Evaluasi
keputusan.
Sementara itu,
tahapan-tahapan dalam proses pengambilan keputusan dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.
Tetapkan
masalah
b.
Identifikasi
kriteria keputusan
c.
Alokasikan
bobot pada kriteria
d.
Kembangkan
alternatif
e.
Evaluasi
alternatif
f.
Pilih
alternatif terbaik.[9]
Langkah-langkah pengambilan keputusan ( proses
pembuatan keputusan )
a.
Pengakuan terhadap persyaratan keputusan
Para manager menghadapi persyaratan keputusan baik dalam bentuk masalah maupun kesempatan. Suatu masalah terjadi ketika pencapaian organisasional kurang dari sasaran yang ditetapkan.
Kesadaran terhadap masalah/kesempatan adalah langkah pertama dalam mengambil keputusan dan membutuhkan pengamatan lingkungan internal dan eksternal bagi isu-isu yang membutuhkan perhatian eksekutif.
Para manager menghadapi persyaratan keputusan baik dalam bentuk masalah maupun kesempatan. Suatu masalah terjadi ketika pencapaian organisasional kurang dari sasaran yang ditetapkan.
Kesadaran terhadap masalah/kesempatan adalah langkah pertama dalam mengambil keputusan dan membutuhkan pengamatan lingkungan internal dan eksternal bagi isu-isu yang membutuhkan perhatian eksekutif.
b.
Diagnosis dan analisis penyebab
Ketika masalah dan kesempatan telah menarik perhatian manager, pemahaman situasi harus diperjelas. Diagnosis adalah salah satu langkah dalam proses pengambilan keputusan.
Ketika masalah dan kesempatan telah menarik perhatian manager, pemahaman situasi harus diperjelas. Diagnosis adalah salah satu langkah dalam proses pengambilan keputusan.
c.
Pengembangan altrnatif
Pada saat masalah atau kesempatan telah dapat dikenali dan dianalisis, pembuat keputusan mulai mempertimbangkan untuk melakukan tindakan yang diperlukan. Langkah berikutnya adalah menghasilkan alternative solusi yang mungkin dapat menanggapi kebutuhan situasi dan memperbaiki sebab-sebab yang mendasari.
Pada saat masalah atau kesempatan telah dapat dikenali dan dianalisis, pembuat keputusan mulai mempertimbangkan untuk melakukan tindakan yang diperlukan. Langkah berikutnya adalah menghasilkan alternative solusi yang mungkin dapat menanggapi kebutuhan situasi dan memperbaiki sebab-sebab yang mendasari.
d.
Pemilihan alternative yang diharapkan
Ketika beberapa alternative telah dikembangkan, harus dipilih salah satunya. Keputusan pilihan adalah seleksi yang paling menjanjikan dari beberapa alternative tindakan. Alternative terbaik menyediakan solusi terbaik sesuai dengan sasaran menyeluruh dan nilai-nilai organisasi serta dapat mencapai hasil yang diharapkan dengan penggunaan sumber daya seminimal mungkin.
Ketika beberapa alternative telah dikembangkan, harus dipilih salah satunya. Keputusan pilihan adalah seleksi yang paling menjanjikan dari beberapa alternative tindakan. Alternative terbaik menyediakan solusi terbaik sesuai dengan sasaran menyeluruh dan nilai-nilai organisasi serta dapat mencapai hasil yang diharapkan dengan penggunaan sumber daya seminimal mungkin.
e.
Implementasi alternative yang dipilih
Termasuk dalam tahap implementasi adalah penggunaan kemampuan manajerial, administrative, dan persuasive untuk meyakinkan alternative yang dipilih dapat dikerjakan.[10] Langkah-langkah tentang pengambilan keputsan itu bisa digunakan untuk menjaga agar keputusan yang diambil terjaga pelaksanaannya.
Termasuk dalam tahap implementasi adalah penggunaan kemampuan manajerial, administrative, dan persuasive untuk meyakinkan alternative yang dipilih dapat dikerjakan.[10] Langkah-langkah tentang pengambilan keputsan itu bisa digunakan untuk menjaga agar keputusan yang diambil terjaga pelaksanaannya.
C.
Model
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dalam
teoritisnya banyak dikemukakan oleh para ahli. Pengambilan keputusan penting
bagi administrator pendidikan karena proses pengambilan keputusan mempunyai
peran penting dalam memotivasi, kepemimpinan, kominikasi, koordinasi, dan
perubahan organisasi. Setiap pemimpin harus memahami berbagai model pengambilan
keputusan.
Ada 12 model pengambilan keputusan[11] yang menjadi acuan dasar dalam pengambilan
keputusan. Model-model itu adalah:
1.
Model
Mintzberg, Drucker, dan Simon
Model
Mintzberg, et al (1976), yang memberikan tiga tahap proses pengambilan
keputusan, yaitu (1) tahap identifikasi: pengambilan keputusan memahami masalah
dan peluang membuat diagnosis. (2) tahap pengembangan: tahap pengambil
keputusan mencari standar prosedur yang tersedia atau pemecahan masalah sebagai
desain baru. Kadang-kadang tahap ini mengandung coba-gagal (trial and error).
(3) tahap pemilihan: pengambilan keputusan dapat memilih dengan menggunakan
pertimbangan, analisis logis, basis sistematis, atau bargain.
Drucker (1993) seorang ahli pemimpin organisasi memebrikan ceramah
enam langkah dalam proses pengambilan keputusan, yaitu: (1) mendefinisikan
masalah dalam proses pengambilan keputusan, (2) menganalisa masalah, (3)
mengembangkan alternatif pemecahan masalah, (4) memutuskan satu pemecahan
masalah terbaik, (5) merencanakan tindakan yang efektif, dan (6) memantau dan
menilai hasilnya.
Simon (1997) pemenang Nobel teori pengambilan keputusan
menggambarkan proses pengambilan keputusan atas tiga tahap, yaitu (1) kegiatan
inteligen: pengambilan keputusan deperti halnya militer, pengambilan keputusan
diawali dengan mengintai dan mengidentifikasi situasi dan kondisi lingkungan,
(2) kegiatan desain: pengambil keputusan menemukan, mengembangkan, dan
menganalisis kemungkinan dari aksi yang akan diambil, dan (3) kegiatan
pemilihan: pengambil keputusan memilih satu yang terbaik dari sejumlah alternatif
Dari Model Mintzberg, Drucker, dan Simon itu maka dapat
dikombinasikan menjadi sebuah model dengan langkah: kegiatan mengenal,
menentukan, serta mendiagnosis masalah, kemudian kegiatan pengembangan
alternatif pemecahan masalah kemudian kegiatan mengevaluasi dan memilih
pemecahan masalah terbaik.
2.
Model
Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang rasional itu ada dua tipe, yaitu terprogram (structured)
: keputusan yang selalu diulang kembali dalam setiap masa, seperti tentang
keputusan naik kelas, pengangkatan, gaji, dan kegiatan yang dilaksanakan secara
kontinue. Kemudian ada keputusan tidak terprogram (unstructured):
keputusan yang diambil untuk menghadapi situasi yang rumit dan baru, seperti:
terjadinya musibah kebakaran, kebanjiran serta kejadian-kejadian yang tak
terduga yang bersifat segera untuk diatasi.
Keputusan rasional ini bisa difahami dengan memperhatikan diagram
sebagai berikut:
|
|||||||
|
ya
|
ya
|
|
||||
3.
Model
Pengambilan Keputusan Klasik
Model
pengambilan keputusan klasik berasumsi bahwa keputsan merupakan proses rasional
dimana keputusandiambil dari salah satu alternatif terbaik. Model klasik
didasarkan konsep rasionalitas lengkap (complete rationality). Sesuai
dengam model klasik, proses pengambilan keputusan dibagi atas enam langkah
logis seperti gambar berikut:
|
|
|
|
||||||||||||||||||||
Daur ulang
4.
Model
Pengambilan Keputusan Perilaku
Model
ini didasarkan pada seberapa jauh keputusan itu dapat memberikan kepuasan.
Model ini juga mempertimbangkan pengambilan keputusan atas dasar rasionalitas
kontekstual dan rasionalitas respektif. Rasionalitas kontekstual artinya
keputusan tidak hanya didasarkan oleh ketentuan tersurat (tekstual), tetapi
juga yang tersirat (kontekstual).
5.
Model
Vroom & Yetton (Decision Tree)
OTORITER DEMOKRATIS LAIZE
FAIRE
Penggunaan
otoritas maksimal leader
|
|
Kebebasan
maksimal pengikut
|
||||
Leader
memutuskan apa yang harus dilakukan daan bagaimana dilakukan.
Leader
menyajikan dan memerintahkan tersebut tanpa ada yang boleh bertanya apalagi
membantah
|
Leader mencoba meyakinkan pengikut tentang ketepatannya dalam
mengambil keputusan
|
Leader
mengumumkan prinsip dan metode pengambilan keputusan dan mengizinkan pengikut
memberikan ide-ide dan pertanyaan-pertanyaan serta berdiskusi
|
Leader
menyajikan masalah dan meminta pengikut untuk memcahkan masalah tersebut
sebagai input untuk mengambil keputusan final
|
Leader
menyajikan masalah dan memberikan batasan-batasan memecahkannya, kemudian
menyerahkan kepada pengikut untuk membuat keputusan final
|
Leader
meminta pengikut meneukan masalah dan mengambil keputusan sebebas-bebasnya
seperti halnya seorang leader
|
|
Leader sebagai pusat pengambilan keputusan
|
Leader dan pengikut bersama-sama mengambil keputusan
|
Pengikut sebagai pusat pengambilan keputusan
|
||||
Kalau dilihat
dari gambar di atas, model Vroom dan Yetton ini mengandung makna bahwa semakin
otoriter seseorang, semakin ia (pemimpin) sebagai pusat pengambil keputusan.
Semakin laize faire seseorang, semakin ia membebaskan bawahannya mengambil
keputusan. Ketiga gaya kepemimpinan dalam pengambilan keputusan masing-masing
punya kekebihan dan kelemahan dan sesuai dengan kondisi yang ada.
6.
Model
Pengambilan Keputusan Carnegie
Model
ini mengakui akan kepuasan, keterbatasan rasionalitas, dan koalisi organisasi.
Perbedaan antara pengambil keputusan rasional dengan Carngie sebagai berikut:
Model Rasional
|
Model Carnegie
|
Banyak informasi yang tersedia
|
Sedikit informasi yang tersedia
|
Murah
|
Mahal, karena masih mencari informasi
|
Bebas nilai
|
Terikat nilai
|
Keputusan yang diambil dengan suara bulat
|
Keputusan dengan kompromi, persetujuan, dan akomodasi antara
koalisi organisasi
|
Alternatif banyak
|
Alternatif sedikit
|
Keputusan yang terbaik bagi organisasi
|
Keputusan yang dipilih adalah yang memuaskan organisasi
|
7.
Model
Pengambilan Keputusan Gaya Kepemimpinan Chung & Megginson
Chung & Megginson memberikan cara pengambilan keputusan oleh
pimpinan dengan membuat enam pertanyaan berikut. (1) Apakah tugas kelompok
terstruktur? (2) Apakah hubungan pemimpin dan bawahan baik? (3) Apakah bawahan
memiliki pengetahuan kerja? (4) Apakah pemimpin memiliki kedudukan kekuasaan
yang kuat? (5) Apakah pemimpin memiliki pengetahuan kerja? (6) Apakah kelompok
memiliki waktu menyelesaikan tugas?
Setiap pertanyaan ada dua pilihan jawaban ya atau tidak. Akhirnya
dari berbagai variasi jawaban didapatkan perilaku kepemimpinan yang akan
diambil pemimpin.
8.
Model
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Manfaat
Model pengambilan keputusan ini dilatarbelakangi atas 6 dasar
pemikiran (1) mutu keputsan, (2) kreativitas keputusan, (3) penerimaan
keputusan, (4) pemahaman keputusan, (5) pertimbangan keputusan, dan (6)
ketepatan keputusan.
Mutu keputusan artinya pengetahuan dan informasi kelompok melebihi
individu. Kelompok dapat mengatasi atau menutupi kelemahan dan kekurangan
individu. Asumsinya ialah keputusan kelompok lebih bermutu dibandingkan dengan
keputusan individu. Manfaat keputusan lebih besar dirasakan kelompok
dibandingkan dengan manfaat bagi individu.
Kreativitas keputusan artinya kreativitas kelompok lebih banyak dan
cenderung lebih baik daripada kreativitas individu. Asumsinya kreativitas
bersama lebih bermanfaat daripada kreativitas individu.
Penerimaan keputusan artinya pembuatan keputusan secara partisipasi
kelompok lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan keputusan yang dibuat
secara individu. Kelompok merasa dilibatkan dalam membuat keputusan ,
konsekwensinya ialah kelompok merasa turut bertanggung jawab dan akan menerima
keputusan itu. Asumsinya, keputusan yang dibuat secara kelompok lebih
bermanfaat karena lebih diterima kelompok daripada keputusan dibuat individu.
Pemahaman keputusan artinya kelompok akan lebih memahami keputusan
yang dibuatnya bersama daripada memahami keputusan yang dibuat individu.
Pertimbangan keputusan artinya kelompok akan lebih efektif dalam
menentukan pilihan terbaik dibandingkan dengan pilihan individu. Asumsinya,
manfaat pilihan bagi kelompok akan lebih besar jika ditentukan oleh kelompok
daripada individu.
Ketepatan keputusan artinya kelompok lebih tepat dalam memutuskan
daripada individu. Asumsinya, kelompok lebih dapat mengontrol pikiran individu
secara objektif dan dapat menghindari kesalahan individu.
9.
Model
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Masalah
Ada tiga tendensi khusus yang dapat merusak proses keputusan
kelompok, yaitu (1) pikiran kelompok, (2) perubahan beresiko, dan (3) eskalasi
komitmen.
Pikiran kelompok yang dapat mengganggu proses keputusan berupa: (1)
tanpa sengaja menjadi sangat optimis dan berani mengambil resiko terberat, (2)
pembenaran oleh kelompok yang belum tentu benar menurut individu lainnya, (3)
kelompok mengabaikan moral dan etika, (4) kelompok membangun stereotype
sebagai pihak yang menentang pemimpinnya, (5) kelompok mendapat tekanan pihak
lain, (6) kelompok kurang menyensor dirinya, (7) kebulatan suara hanya untuk
mendapatkan keseragaman, dan (8) kelompok melindungi pola pikirnya.
Gejala-gejala perubahan tanggung jawab: (1) kelompok menyebarkan
tanggung jawab ke anggota, (2) ketua kelompok paling besar risikonya daripada
anggotanya, dan mengajak anggotanya untuk menjadi lebih besar lagi risikonya,
(3) diskusi kelompok menguji pro dan kontra, konsekwensinya rasa kekeluargaan
lebih besar dalam seluruh aspek masalah dan mengarah kepada tingginya risiko,
dan (4) risiko dalam bermasyarakat diharapkan oleh budaya kita, jika masyarakat
ingin maju.
Komitmen yang berlebihan juga dapat mengganggu keputusan kelompok
karena tidak semua anggota senang bekerja keras. Pengambilan keputusan
berdasarkan masalah memang bersifat demokratis, namun sisi negatifnya adalah
adanya unsur-unsur keinginan, kepentingan serta tekanan yang menyebabkan keputusan
yang diambil terkadang tidak objektif.
10.
Model
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Lapangan
Biasanya model pengambilan keputusan ini diambil dengan
mempergunakan lima teknik: (1) curah pendapat (brainstorming), (2)
teknik group nominal, (3) teknik Delphi, (4) pembela yang menantang apa yang
dianggap baik (devil’s advocate).
Langkah curah pendapat: (1) sebelum curah pendapat tentukan dahulu
topiknya; (2) setiap anggota bertanggung jawab atas ucapannya; (3) setiap
anggota menyampaikan pendapatnya bergiliran sampai semua memberikan
pendapatnya; (4) anggota yang belum memberikan pendapat dapat menyatakan “pas”
sampai kesempatan berikutnya; (5) jangan mengomentari pendapat orang lain; (6)
kalau ada yang mengomentari, pimpinan sidang harus menyetopnya; (7) akan lebih
cepat kalau pendapat ditulis; (8) apabila tidak ada lagi pendapat masuk, curah
pendapat dinyatakan selesai; (9) pendapat yang sama dikelompokkan; (10)
pendapat yang masuk nominasi diteliti dan dibahas; (11) jika tidak ada kesepakatan
untuk memutuskan pendapat terbaik, baru diadakan voting.
Teknik group mirip dengan sumbang saran. Bedanya ialah ide-ide
harus dievaluasi dahulu baru dikelompokkan. Teknik Delphi dikembangkan para
peneliti di Ranf Corporation pada tahun 1960-an. Berbeda dengan sumbang
saran dan teknik kelompok nominal, teknik Delphi melengkapi teknik kelompok
nominal yang tidak langsung bertemu muka, tetapi melalui surat atau internet.
Pembela yang menantang apa yang dianggap baik, menggunakan konsep
pencegah pikiran kelompok. Mula-mula mereka menganggap pikiran kelompok terlalu
prematur, mereka dapat menghapuskan pikiran kelompok. Setelah kelompok berjasil
memutuskan satu alternatif terbaik, kelompok devil ini mengajarkan
kegagalan-kegagalan yang akan dialami jika menggunakan alternatif tersebut.
Walaupun kelompok devil dianggap sebagai pihak oposisi, tetapi sering
juga digunakan orang untuk mengambil keputusan karena setelah dikoreksi,
pengambil keputusan memperbaiki keputusannya menjadi lebih baik.
Dilihat dari efisien dan hasil mufakat dalam pengambilan keputusan
lapangan, maka model ini sering dipakaikan dalam dunia pendidikan atau sekolah.
Hal ini disebabkan bahwa model ini sesuai dengan azas musyawarah dan mufakat.
Hasil-hasil yang didapatkan dari model ini, mampu dicerna dan difahami oleh
seluruh unsur yang mengikuti pelaksanaannya.
11.
Model
Pengambilan Keputusan Pohon Masalah
Pohon
masalah adalh suatu teknik mengidentifikasi masalah dalam situasi tertentu,
menyusun dan memperagakan informasi ini sebagai rangkaian hubungan sebab
akibat. Mulailah dengan masalah atau kebutuhan spesifik yang harus dipecahkan.
Catatan semua masalah lainnya diidentifikasikan. Teknik curah pendapat (brainstroming)
dapat digunakan atau mengemukakan setiap masalah yang diidentifikasi dengan
pertanyaan: apa yang menjadi sebab masalah yang diidentifikasi dalam hubungan
sebab akibat yang logis dalam bentuk sebuah pohon. Apabila telah selesai,
susunlah ia menyerupai bagan jenjang organisasi sederhana. Esensi pertanyaan masalah
dibuat singkat, jelas, dan bermakna negatif.
Contoh
pohon masalah: masalah prioritas adalah buruknya manajemen pendidikan.
|
akibatnya
------------------------------------------------------------------------------------
|
masalahnya
----------------------------------------------------------------------------------------
penyebabnya
|
|
|
|
|
Gambar
pohon masalah (pernyataan negatif)[12]
Setelah
pohon masalah selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah membuat pohon sasaran.
Pohon sasaran ialah teknik untuk mengidentifikasikan sasaran yang ingin
diwujudkan. Pohon sasaran merupakan kebalikan dari pohon masalah, yakni
pernyataan positif pada pohon sasaran. Sasaran dalam pohon sasaran merupakan
akibat dari sasaran lain. Tentukan sebab akibat antara sasaran itu, kemudian
susunlah pohon sasaran. Mengingat terbatasnya sumber daya organisasi maka pohon
sasaran perlu dianalisis untuk menentukan cabang mana yang sekiranya mempunyai dampak paling besar bagi unit
organisasi. Semakin rindang pohon masalah dan pohon sasaran, semakin mendekati
kenyataan. Sasaran dinyatakan dalam kalimat yang menyatakan dalam keadaan
selesai (tercapai). Oleh karena itu, kalimatnya dimulai dengan awalan ter.
Perlu difikirkan pula agar sasaran itu memenuhi syarat SMART singkatan dari specific,
measurable, attainable, realistic, and time building. Specific artinya
tujuan itu harus khas. Measurable artinya tujuan yang akan dicapai itu
dapat diukur, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Attainable
artinya dapat dicapai. Realistic artinya nyata dapat diwujudkan. Time
bounding artinya ada batasan waktunya kapan dimulai dan kapan harus
selesai. Contoh pohon sasaran kelanjutan pohon masalah dapat dilihat sebagi
berikut:
|
akibat
|
masalah
----------------------------------------------------------------------------------------
Penyebab
Gambar pohon
sasaran (pernyataan positif)[13]
Untuk
mengidentifikasikan atau mengembangkan alternatif pemecahan masalah atau arah
tindakan yang dapat dipakai untuk mewujudkan sasaran tertentu dan memperagakan
informasi ini dalam format yang sederhana. Periksalah kembali pohon sasaran
pada jajaran kotak paling bawah untuk menentukan alternatif cabang mana yang
paling mungkin menjamin pencapaian sasaran yang lebih tinggi di atasnya.
Dikarenakan merupakan kegiatan, maka kalimatnya selalu dimulai dengan awalan
me. Kemudian buat pohon alternatifnya sebagai berikut:
|
|||
Gambar
pohon alternatif[14]
12.
Model
Pengambilan Keputusan Strategis Hunger & Wheelen
Keputusan strategis ialah keputusan jangka panjang. Jangka panjang
di lingkungan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota adalah lima tahun
sehingga perencanaan strategis (renstra) berlaku untuk lima tahun. Namun
pengertian jangka panjang di lingkungan dunia pendidikan adalah 4 tahun sampai
10 tahun. Jangka menengah satu tahun lebih sampai 4 tahun dan jangka pendek.
D.
Tipe
Keputusan Manajerial
Chung & Megginson dalam Husaini
Usman memberikan tipologi keputusan manajerial yang didasarkan atas dua dimensi
yang berhubungan dengan masalah, yaitu (1) kompleksitas masalah, dan (2) dampak
ketidak pastian. Gambar berikut menunjukkan empat tipe keputusan manajerial.
Kompleksitas masalah
Tinggi Rendah
Keputusan
judgemental
Contoh:
marketing, investasi, dan masalah personel
|
Keputusan
adaptip
Contoh:
penelitian, pengembangan, dan perencanaan jangka panjang organisasi
|
Keputusan
terprogram
Contoh:masalah
rutin, dan kegiatan terjadwal
|
Keputusan
analisis
Contoh:
produksi kompleks, dan masalah keteknikan
|
Tidak pasti
Dampak
Pasti
Selain tipe pengambilan keputusan,
ada juga yang dinamakan dengan gaya pengambilan keputusan. Gaya adalah learn
habbit atau kebiasaan yang dipelajari. Riset tentang gaya pengambilan
keputusan telah mengidentifikasi empat pendekatan gaya individual yang berbeda
terhadap pengambilan keputusan, seperti terlihat pada gambar berikut:
Tinggi
Rendah
Kombinasi dari kedua dimensi
tersebut menghasilkan gaya pengambilan keputusan:
a.
Direktif
(toleransi ambiguitas rendah dan mencari rasionalitas)
Efisien,
mengambil keputusan secara cepat dan berorientasi jangka pendek.
b.
Analitik
(toleransi ambiguitas tinggi dan mencari rasionalitas)
Pengambil
keputusan yang cermat mampu menyesuaikan diri dengan situasi baru.
c.
Konseptual
(toleransi ambiguitas tinggi dan
intuitif)
Berorientasi
jangka panjang, seringkali menekan solusi kreatif atas masalah.
d.
Behavior
( toleransi ambiguitas rendah dan intuitif)
Mencoba
menghindari konflik dan mengupayakan penerimaan.[15]
Kalau dikaitkan
dengan sekolah, maka Sudarwan Danim memberikan penjelasan tentang keputusan
sekolah yang ideal. Menurut Sudarwan, bahwa keputusan sekolah yang ideal itu
menampilkan enam sosok sebagai berikut:
1.
Keputusan
yang baru, rutin, dan tidak prospektif, akan kurang bermakna bagi organisasi
sekolah. Keputusan sekolah yang dibuat seharusnya mampu membawa organisasi
kepada perubahan dan inovasi baru yang memungkinkan organisasi sekolah berjalan
lebih dinamis dan produktif.
2.
Keputusan
Generik
Keputusan
generik adalah keputusan yang jika tidak diambil akan membuat organisasi
sekolah menjadi vakum dan komunitas sekolah selaku manusia organisasional akan
kehilangan identitas sebagai sumber daya produksi yang utama.
3.
Keputusan
berbasis informasi
Keputusan
sekolah yang dibuat didasari atas informasi yang bermutu, dengan demikian tidak
diambil dari satu sudut tinjauan saja. Data atau informasi yang diperlukan
dalam kerangka pembuatan keputusan sekolah harus baru dan inovatif.
4.
Keputusan
yang realistis
Keputusan
sekolah yang realistis bermakna bahwa keputusan tersebut disesuaikan dengan
daya dukung sumber daya organisasi sekolah untuk merealisasikannya.
5.
Keputusan
yang fleksibel
Keputusan
sekolah yang fleksibel mengandung makna dimungkinkan dilakukan dekontinuitas,
manakala ada gagasan baru, perubahan situasi, atau keputusan dalam
implemantasinya.
6.
Keputusan
yang diterima dan mendapatkan dukungan penuh oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dengan keputusan itu.[16]
Selain itu
menilik dari jenis-jenis keputusan itu, bertolak dari karakteristiknya,
keputusan sekolah dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu keputusan
otoratif, keputusan pribadi, dan keputusan organisasi.[17]
Keputusan otoratif bermakna bahwa keputusan yang dihasilkan berdasarkan atas
tekanan atasan terhadap bawahan sehingga ada terselip unsur keterpaksaan. Sebab
disini akan nampak otoriter sebagai atasan dalam pengambilan keputusan.
Sedangkan keputusan pribadi mengandung arti bahwa keputusan yang dihasilkan
sarat dengan keinginan pribadi atau individualitas seseorang. Terkadang
keputusan tersebut terkesan mempunyai tujuan yang dapat memberikan kepuasan dan
keinginan bagi seseorang. Sementara keputusan organisasi merupakan keputusan
yang memang benar-benar berdasarkan keinginan dan kepentingan organisasi itu,
baik sekolah, organisasi, atau perusahaan. Sehingga keputusan yang diambil
dalam keputusan organisasi itu akan sama-sama dilaknsanakan oleh seluruh unsur
yang ada dalam oranisasi itu dengan penuh tanggung jawab.
E.
Pemecahan
Masalah
Pemecahan masalah adalah suatu
proses pengamatan dan pengenalan serta usaha mengurangi perbedaan antara
keadaan sekarang (das sein) dengan keadaan yang akan datang yang
diharapkan (das sollen). Pemecahan masalah mengusahakan pendekatan
antara jurang pemisah kesenjangan yang ada. Masalah ialah perbedaan das sein
dengan das sollen. [18]
Membicarakan masalah, tentu sangat
berkaitan dengan konflik. Walaupun secara argumentasi ada perbedaan dalam
memahami antara masalah dengan konflik, namun dalam tataran penyelasaiannya
mempunyai persamaan. Kalau masalah biasanya keadaan yang muncul atas perbedaan
yang naik ke permukaan, sementara konflik terjadi atas perbedaan yang didasari
atas persengketaan diantara dua unsur atau lebih. Namun pertemuan makna yang
ada dari kedua kata itu berada pada perbedaan-perbedaan yang tampak ke
permukaan.
Manusia merupakan makhluk yang
berfikir dan mempunyai daya untuk memikirkan apa yang dihadapinya. Dalam
kehidupan sehari-hari, berbagai permasalahn muncul silih berganti. Adakalanya
masalah itu besar dan adakalanya kecil. Untuk mengatasai
permasalahan-permasalahan yang ada, diperlukan kiat serta taktik yang mampu
mengatasai masalah itu.
Setiap masalah yang datang tentu
harus diselesaikan melalui mekanisme dan proses yang tepat, efektif, dan
tuntas. Ketepatan dalam menangani masalah, keefektifan serta ketuntasan itu
akan tercermin dalam sebuah proses pemecahan masalah. Untuk itu proses
pemecahan masalah secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
|
|
|
|
1 2 3 4
Proses pemecahan masalah[19]
Anonim (1986) memberikan delapan langkah pemecahan masalah, yaitu
sebagai berikut.
1.
Menemukan
persoalan
-
Mengetahui
mengapa persoalan itu harus dipecahkan
-
Mengetahui
mana yang harus benar-benar bermakna
-
Membedakan
persoalan dengan petunjuk adanya persoalan
2.
Mencari
sebab persoalan
-
Mencari
semua penyebab yang mungkin
3.
Mencari
faktor yang paling berpengaruh
-
Menemukan
penyebab utama dari semua penyebab yang mungkin
-
Mengakibatkan
penyelesaian masalah yang paling bermakna
4.
Merencanakan
langkah-langkah yang tepat
-
Menentukan
tindakan yang perlu dilakukan dengan menggunakan 5 W + 1 H, yaitu:
What : Apa persoalan utamanya?
Why : Mengapa perlu dipersoalkan?
Where : Dimana persoalan itu terjadi?
When : Kapan persoalan itu terjadi dan kapan
batas waktu penyelesaiannya?
Who : Siapa-siapa
yang menyebabkan persoalan itu muncul, siapa yang bertanggung jawab dan siapa
yang menyelesaikan persoalan itu?
How : Bagaimana
cara menyelesaikan persoalan itu termasuk bagaimana biayanya?
5.
Menerapkan
langkah yang tepat
-
Menjalankan
sesuai rencana
6.
Memeriksa
hasilnya
-
Membandingkan
hasil dengan rencana
-
Mengetahui
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
7.
Mencegah
timbulnya persoalan yang sama
-
Apabila
rencana tercapai buat standardisasi
-
Apabila
ada penyimpangan buat tindakan korektif dan perbaikan.
8.
Memperhatikan
persoalan yang masih ada
-
Melihat
kembali persoalan yang belum terselesaikan.
-
Untuk
memulai kembali dengan langkah (1).
Untuk lebih
sederhana, langkah-langkah pemecahan masalah dapat disingkat IDEAL, yaitu
Identifikasi Masalah
Dipilih masalah yang penting dan mendesak (priorotas)
Ekspos pemecahan masalah yang terbaik dari sejumlah alternatif
pemecahan masalah
Aksi (action) pemecahan masalah terbaik tersebut
Lihat hasilnya untuk umpan balik.[20]
Bagi seorang manajer
(pemimpin), apabila ada mendapati masalah atau konflik dalam organisasi yang
dipimpinnya Veithzal dan Deddy memberikan 3 cara dalam mengatasinya, yaitu:
a.
Memberikan
kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk mengemukakan pendapatnya tentang
kondisi-kondisi penting yang diinginkan, yang menurut persepsi masing-masing
harus dipenuhi dengan pemanfaatan berbagai sumber daya dan dana yang tersedia.
b.
Cara
lain yang sering ditempuh untuk mengatasi situasi konflik ialah dengan meminta
satu pihak menempatkan diri pada posisi orang lain, dan memberikan argumentasi
kuat mengenai posisi tersebut. Kemudian posisi peran itu dibalik, pihak yang
tadinya mengajukan argumentasi yang mendukung suatu gagasan seolah-olah
menentangnya, dan. Setelah itu masing-masing pihak diberi kesempatan untuk
melihat posisi orang lain dari sudut pandang pihak lain.
c.
Kewenangan
pimpinan sebagai sumber kekuatan kelompok. Seorang manajer yang bertugas
memimpin suatu kelompok, untuk mengambil keputusan, atau memcahkan masalah
secara efektif, perlu memiliki kemahiran menggunakan kekuasaan atau kewenangan
yang melekat pada perannya.[21] Cara
mengendalikan konflik yang dikemukakan dia atas sebenarnya berpijak dari
psikologi sosial. Aspek broamstrooming merupakan salah satu langkah yang
efektif .
Selain itu, ada
beberapa cara untuk mengatasi konflik menurut Nader and Todd[22]
dalam salah satu bukunya The Disputing Process Law in Ten Societies
yaitu:
a.
Bersabar
(Lumping) yaitu suatu tindakan yang merujuk pada sikap untuk mengabaikan
konflik begitu saja atau dengan kata lain isu-isu dalam konflik itu mudah
diabaikan, meskipun hubungan dengan orang yang bekonflik itu berlanjut, karena
orang yang berkonflik kekurangan informasi atau akses hukumnya tidak kuat.
Sebagaimana firman Allah SWT:
tûïÏ%©!$#ur tbqãBöt ÏM»oY|ÁósßJø9$# §NèO óOs9 (#qè?ù't Ïpyèt/ör'Î/ uä!#ypkà óOèdrßÎ=ô_$$sù tûüÏZ»uKrO Zot$ù#y_
wur (#qè=t7ø)s? öNçlm; ¸oy»pky #Yt/r& 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÍÈ [23]
4. dan orang-orang yang menuduh
wanita-wanita yang baik-baik[1029] (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan
empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali
dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan
mereka Itulah orang-orang yang fasik.
b.
Penghindaran
(Avoidance), yaitu suatu tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri hubungan
dengan cara meninggalkannya. Keputusan untuk meninggalkan konflik itu
didasarkan pada perhitungan bahwa konflik yang terjadi atau dibuat tidak
memiliki kekuatan secara sosial, ekonomi, dan emosional.
c.
Kekrasan/Paksaan
(Coercion), yaieu suatu tindakan yang diambil dalam mengatasi konflik jika
dipandang bahwa dampak yang ditimbulkan membahayakan. Firman Allah SWT:
bÎ)ur Èb$tGxÿͬ!$sÛ z`ÏB tûüÏZÏB÷sßJø9$# (#qè=tGtGø%$# (#qßsÎ=ô¹r'sù $yJåks]÷t/ ( .bÎ*sù ôMtót/ $yJßg1y÷nÎ) n?tã
3t÷zW{$# (#qè=ÏG»s)sù ÓÉL©9$# ÓÈöö7s? 4Ó®Lym uäþÅ"s? #n<Î) ÌøBr& «!$# 4 bÎ*sù ôNuä!$sù (#qßsÎ=ô¹r'sù $yJåks]÷t/
ÉAôyèø9$$Î/ (#þqäÜÅ¡ø%r&ur ( ¨bÎ) ©!$# =Ïtä úüÏÜÅ¡ø)ßJø9$# ÇÒÈ [24]
9. dan kalau ada dua golongan
dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya!
tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang
melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.
kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan
hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
Berlaku adil.
d.
Negosiasi
(Negotiation), ialah tindakan yang menyangkut pendangan bahwa penyelesaian
konflik dapat dilakukan oleh orang-orang yang berkonflik secara bersama-sama
tanpa melibatkan pihak ketiga. Kelompok tidak mencari pencapaian solusi dalam
term satu aturan, tetapi membuat aturan yang dapat mengorganisasi hubungannya
dengan pihak lain. Firman Allah SWT:
tûïÏ%©!$#ur tbqç7Ï^tGøgs uȵ¯»t6x. ÄNøOM}$# |·Ïmºuqxÿø9$#ur #sÎ)ur $tB (#qç6ÅÒxî öNèd tbrãÏÿøót ÇÌÐÈ
tûïÏ%©!$#ur (#qç/$yftGó$# öNÍkÍh5tÏ9 (#qãB$s%r&ur no4qn=¢Á9$# öNèdãøBr&ur 3uqä© öNæhuZ÷t/ $£JÏBur
öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZã ÇÌÑÈ [25]
37. dan (bagi) orang-orang yang
menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka
marah mereka memberi maaf.
38.
dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan
mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.
e.
Konsiliasi
(Conciliation), yaitu tindakan untuk membawa semua yang berkonflik ke meja
perundingan. Konsiliator tidak perlu memainkan secara aktif satu bagian dari
tahap negosiasi meskipun ia mungkin bisa melakukannya dalam batas yang diminta
oleh yang berkonflik. Konsiliator sering menawarkan kontekstual bagi adanya
negosiasi dan bertindak sebagai penengah. Untuk itu Allah berfirman:
$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷uqyzr& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ
9.
orang-orang
beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat.
f.
Mediasi
(Mediation), hal ini menyangkut pihak ketiga yang ikut menangani/membantu
menyelesaikan konflik agar tercapai persetujuan. Pihak ketiga ini bisa dipilih
oleh pihak-pihak yang berkonflik atau perwakilan dari luar. Pihak-pihak yang berkonflik
itu menyerahkan penyelesaian konflik kepada pihak ketiga tersebut. Sebagai
contoh perhatikan kasus Hajar Aswad pada sejarah peletakannya.
g.
Arbitrasi
(Arbitration), kedua belah pihak yang berkonflik setuju pada keterlibatan pihak
ketiga yang memiliki otoritas hukum dan mereka sebelumnya harus setuju untuk
menerima keputusannya.
h.
Perasilan
(Adjudication), hal ini merujuk pada intervensi
pihak ketiga yang berwenang untuk campur tangan dalam penyelesaian
konflik itu menginginkan atau tidak.
Demikianlah berbagai metode yang dapat dilakukan dalam
pemecahan masalah, baik masalah itu bersifat organisasi maupun bersifat
bilateral. Yang jelas, setiap permasalahan yang muncul dalam internal harus
difahami terlebih dahulu serta didudukkan secara proporsional. Harus diakui
bahwa apabila masalah atau konflik yang ada tidak ditangani dengan segera
tentunya akan berdampak kepada terganggunya operasional dunia kerja. “Sehingga
orang yang bijak, pemimpin yang bijak adalah orang yang faham tentang masalah,
serta faham bagaimana menyikapi masalah
itu.”
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Quranul Karim
Danim, Sudarwan. Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birokrasi
ke Lembaga Akademik. Jakarta: PT.Bumi Aksara. 2008.
Fattah, Nanang. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2012.
Hadis, Abdul dan Nurhayati B, Manajemen Mutu Pendidikan.
Bandung: Alfabeta, 2012.
Irianto, Yoyon Bahtiar. Kebijakan Pembaruan Pendidikan: Konsep,
Teoro, dan Model. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Rivai, Veithzal dan Arviyan
Arifin. Islamic Leadership, Membangun
Superleadership Melalui Kecerdasan Spritual. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.
Rivai, Veithzal dan Deddy
Mulyadi. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2010.
Syafaruddin (et.al), Inovasi Pendidikan: Suatu Analisis Terhadap
Kebijakan Baru Pendidikan. Medan: Perdana Publishing, 2012.
Syafaruddin dan Mesiono (Ed.). Pendidikan Bermutu Tunggal: Visi
Pendidikan Menuju tahun 2020 dalam
Konteks Otonomi Daerah. Bandung: Citapustaka Media, 2006.
Syafaruddin, Efektivitas Kebijakan Pendidikan: Konsep Strategi,
Dan Aplikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Efektif. Jakarta:
Rinekacipta, 2008.
Usman, Husaini. Manajemen (Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan).
Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH
Makalah
Mata Kuliah
Pernacanaan
Strategik Pendidikan
Oleh
Abdusima
Nasution
Nim.
3122273
Dosen
Pengasuh Mata Kuliah
Prof.
Dr. Lahmuddin Lubis, M.Ed.
PROGRAM
PASCASARJANA
(PROGRAM
DOKTOR) PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN)
SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
[1] Disampaikan
pada seminar kelas mata kuliah Perencanaan Strategi Pendidikan pada Program
Doktor PPs IAIN SU tahun 2013
[2]
Husaini Usman, Manajemen (Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan),
(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h.392.
[3]
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi,
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010), h. 106
[4]
Ibid., h. 157
[5]
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Leadership, Membangun
Superleadership Melalui Kecerdasan Spritual,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.91
[6]
Husaini Usman, Manajemen……., h.391.
[7]
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2008), h.231.
[8]
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku ….., h. 157
[9]
Ibid., h. 158
[10] http://boomeey89.blogspot.com/pengambilan-keputusan-manajerial.html
[11]
Lihat Husaini Usman, Manajemen (Teori,
Praktek, dan Riset) …, h. 392-404.
[12]
Husaini Usman, Manajemen……, h. 399
[13]
Ibid., 401
[14]
Ibid., h. 402
[15]
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku……,
h.158-159.
[16]
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2008), h. 241-242
[17]
Ibid,.
[18]
Husaini Usman, Manajemen……, h. 409
[19]
Ibid., h. 410
[20]
Ibid., h. 410-411
[21]
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan Dan Prilaku…, h. 286
[22]
Lihat Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku…., h. 286-288
[23]
Q.S. An-Nur/24:4
[24]
Q.S. Al-Hujarat/49:9
[25]
Q.S. Al-Syuura/42:37-38
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus