MEMAKNAI HARI
PENDIDIKAN NASIONAL
“PENDIDIKAN NILAI
DAN NILAI PENDIDIKAN”
OLEH: ABDUSIMA
NASUTION, S.Ag., MA
(GURU
MTs NEGERI BARUS)
Tatkala seorang raja berjalan-jalan
di sebuah perkampungan, tertegun dia melihat seorang kakek tua yang bersusah payah di bawah teriknya
matahari sedang berusaha menanam pohon kelapa. Baju yang sudah lusuh itu basah
dengan keringatnya. Sang raja mendekati kakek itu dan bertanya,” Mengapa kakek
susah-susah menanam pohon kelapa ini di bawah teriknya matahari, sementara
kelapa ini berbuah beberapa tahun ke depan, yakinkah kakek dapat menikmati
hasilnya nanti.?” Mendengar pertanyaan itu kakek tua tadi menjawab sambil tersenyum, “Wahai sang raja,
bukankah buah kelapa yang kita nikmati hari ini merupakan usaha keras
orang-orang sebelum kita.?” Sang raja terkejut mendengar jawaban si kakek tua.
Belum lagi sang raja menyambung pertanyaannya, kakek tua itu berujar lagi,
“Semoga pohon ini cepat tumbuh dan besar tanpa ada penyakit yang merusaknya.”
Itulah sebuah ilustrasi filosofis
dari perjalanan pendidikan. Makna yang
terkandung dari kisah di atas memberikan tafsiran yang mendalam. Perjalanan
pendidikan dari sejak dahulu sampai sekarang tetap eksis dari waktu ke waktu,
tahun ke tahun sehingga perjalanan pendidikan terus terlaksana hingga akhir
zaman nanti. Sang raja dalam kisah itu dimaknakan sebagai pemerintah, sementara
kakek tua merupakan unsur pengelola
pendidikan, dan pohon kelapa adalah simbolistik dari materi pendidikan itu
sendiri.
Ketiga unsur (pemerintah, pengelola
pendidikan, dan materi pendidikan) dalam lingakaran dunia pendidikan idealnya
harus diikat dalam sebuah harmonisasi yang hakiki. Kalau ketiga unsur itu tidak
saling kait, maka akan berdampak kepada rusaknya nilai-nilai pendidikan. Pendidikan
sebagai wahana pembaharuan dalam memperbaiki kerusakan yang sistemik. Kerusakan
sistemik itu akan berdampak kepada pergeseran dari nilai-nilai yang diharapkan
dari inti pendidikan yang hakiki.
NILAI
PENDIDIKAN
Sejak
manusia lahir ke dunia ini, sebenarnya
telah dimulai proses pendidikan. Seiring
dengan perjalanan waktu, maka pendidikan terus terlaksana mulai sejak tingkat
TK, SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi. Nilai pendidikan sangat ditentukan
oleh bagaimana manusia itu mengayati pendidikan dalam aspek kehidupannya. Nilai
pendidikan akan sangat berguna dalam membentuk ketiga aspek yang selalu
digembar-gemborkan, yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor. Kombinasi dari
ketiga unsur ini akan membentuk kepada terciptanya insan-insan yang beriman,
berilmu serta berakhlak mulia.
Yang
menjadi pertanyaan besar dewasa ini, apakah nilai-nilai pendidikan memang telah
tercipta dalam realitasnya? Secara global jawabannya akan bervariasi sesuai
dengan aspek penilaian dari sudut mana kita memandang. Kita tidak bisa menutup
mata, betapa bergesernya nilai pendidikan yang terjadi saat ini. Orientasi
pendidikan sebagian besar tertuju kepada lapangan kerja. Lembaga pendidikan
seperti Sekolah-sekolah hingga perguruan
tinggi diharapkan hanya untuk
mendapatkan ijazah. Bermodalkan ijazah, maka akan tersahuti apa yang
dicita-citakan untuk mendapat pekerjaan.
Pergeseran
dalam meraih ijazah sangat mempengaruhi kepada ambisi dengan melakukan berbagai
cara. Plagisasi, jual beli ijazah, dan praktek curang lainnya sekarang telah
mewarnai dunia pendidikan. Lihatlah berapa banyaknya ijazah palsu yang beredar
tanpa adanya pengawalan ketat dari unsur yang terkait dalam pengelolaan ijazah
palsu. Tidak bisa dipungkiri, pendidikan telah menjadi industri jasa dalam
menghasilkan ijazah tanpa mengedepankan kualitas nilai pendidikan. Disatu sisi,
kita harus berbangga dengan lahirnya embel-embel kesarjanaan di belakang nama.
Namun cara mendapatkan dan meraih gelar tesebut prosesnya tidak sesuai dengan
mekanisme akademis yang ada.
Nilai
pendidikan telah tergores dengan perbuatan yang menghalalkan segala cara untuk
keperluan administrasi kerja. Kualitas bukan menjadi sarat utama, sehingga
lama-kelamaan akan terciptalah simbolitas belaka. Idealnya kalau kualitas yang
dikedepankan tentulah telah makmur bangsa, dan telah berubah cara berfikir anak
bangsa ini.
PENDIDIKAN
NILAI
Salah
satu tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman,
berilmu serta mempunyai khlak yang baik. Baik menurut norma, baik menurut adat
istiadat, dan baik menurut aturan undang-undang yang kita cintai. Penekanan
pendidikan nilai ini merupakan suatu keharusan melihat kondisi kehidupan
berbangsa yang kita saksikan. Di era ini, berbagai tindakan yang tidak terpuji
yang terjadi menjadi sebuah tren komersialitas sosial. Tindakan-tindakan
abnormal dari sisi moral seperti, pelecehan seksual, tawuran, korupsi,
pembunuhan hingga tindakan asusila tumbuh subur di tengah-tengah masyarakat.
Berita-berita yang tertulis diberbagai media mengisyaratkan bahwa betapa
hancurnya pendidikan nilai yang telah dibina beratus-ratus tahun. Sah-sah saja
apabila melihat kenyataan yang terjadi kita memberi label dengan ungkapan
“Kenakalan Global”. Kenakalan remaja, kenakalan orang tua, kenakalan pejabat,
kenakalan aparat penegak hukum, serta kenakalan-kenakalan lainnya telah
menjadikan bagaimana bobroknya pendidikan nilai.
Untuk itu
kita wajib menjunjung tinggi dengan difokuskannya pendidikan sekarang menjadi
“Pendidikan Berkarakter”. Pendidikan berkarakter akan berusaha sekuat tenaga
membentuk pribadi-pribadi yang kamil (sempurna). Pendidikan karakter memang
diperuntukkan bagi materi pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi. Tapi
pendidikan karakter akan sirna seketika realitas sosial yang tidak mendukung.
Anak didik dengan pembentukan karakter, ternyata orang tua tetap dengan pola
prilaku yang tidak sesuai dengan norma. Anak dilatih untuk bersifat jujur,
ternyata realitas yang ada para pejabat banyak melakukan tindakan
“mengangkangi” kejujuran itu.
Pendidikan
karakter akan tercipta dan berjalan dengan mulus, apabila seluruh komponen
(orang tua, pemerintah dan lingkungan) bergandengan tangan secara harmonis.
Keharmonisan ini harus dibuktikan dengan keseriusan orang tua, pemerintah,
serta masyarakat dalam menciptakan netralitas temperatur sosial membina dan
mengayomi anak-anak bangsa.
HARAPAN
KE DEPAN
Boleh-boleh
saja menetapkan harapan-harapn yang terlalu muluk ke depan. Tapi muluknya harapan akan memberikan peluang
melencengnya tujuan pendidikan yang sebenarnya. Cukuplah dengan satu fokus saja
namun dijalankan secara konsisten. Perubahan-perubahan dalam pelaksanaan
pengelolaan dunia pendidikan wajar-wajar saja terjadi sesuai dengan dengan
kebijakan yang diambil. Yang penting bagaimana bisa memahami kebijakan itu
sebagai unsur penunjang. Pendidikan yang sehat dan bersih dari lapangan
pendidikan (lingkungan dan masyarakat) akan berdampak kepada keberkangsungan
pendidikan. Ciptakanlah harmonisasi antara pengelola pendidikan, orang tua,
pemerintah serta masyarakat.