Jumat, 10 Maret 2017

BUTUH TIGA RUMAH MEMPERBAIKI ANAK BANGSA



BUTUH TIGA RUMAH MEMPERBAIKI ANAK BANGSA

Oleh: DR. ABDUSIMA NASUTION, MA


Distorsi anak bangsa dalam rangkaian realita sekarang ini sungguh sangat memprihatinkan. Berbagai sepak terjang yang di luar ambang batas norma, akhlak dan agama  nampaknya semakin menjadi-jadi. Tingginya minat belajar merupakan hal yang langka. Bahkan  meningkatnya nilai-nilai apatis dalam diri mereka justru meningkat.  Hal ini tentunya menjadi masalah besar di kemudian hari nantinya baik bagi orang tua, pemerintah, hingga bangsa dan negara.
Tidak sedikit para orang tua, tenaga pendidik, juga masyarakat resah akan kondisi yang makin lama makin menggemaskan hati nurani. Saat ini, masalah ekonomi bukan menjadi salah satu yang dituduhkan penyebab kenakalan dan kerusakan moral generasi penerus ini. Kemiskinan yang selama ini dielu-elukan penyebab kerusakan cara berprilaku anak bangsa ternyata bukan itu penyebabnya. Sebab banyak  anak yang berada pada posisi orang tuanya berkecukupan secara finansial ternyata ikut tercebur dalam kancah kerusakan moral dan tingkah laku. Hampir sama perangai negatif yang tercermin dalam kehidupan antara anak  berlatarbelakang ekonomi kuat (the rich) dan ekonomi lemah (the poor).
Melihat fenomena ini akhirnya muncullah “saling lempar batu” antara orang tua dan pengelola pendidikan. Satu sisi tudingan itu dilontarkan kepada orang tua yang tak mampu memberikan layanan terbaik bagi anaknya, sementara di sisi lain tudingan itu juga dihempaskan kepada pihak sekolah yang tak mampu mewarnai anak dari aspek pendidikan. Akhirnya “peperangan” antara orang tua dan pihak sekolah ini tidak menemukan jalan dalam menentukan siapa yang salah. Jalan buntu ini akhirnya disasarkan kepada “masyarakat” yang ternyata juga dituduh ikut andil sebagai penyebab kehancuran moral generasi anak bangsa. Artinya setelah orang tua, pihak sekolah, maka masyarakatpun dijadikan sebagai pihak tertuduh. Menyikapi pergumulan ini, maka pemerintah sebagai pengayom seluruh bangsa mengambil jalan tengah dengan melahirkan berbagai kebijakan baru sistem pendidikan yang mampu menjawab persoalan ini melalui perubahan kurikulum. Tentunya program-program ini membutuhkan berbagai persiapan yang matang untuk disosialisasikan.
Dalam menjawab problem sekaligus memberikan alternatif dan solusi yang kompleks agar tidak terus menjadi kerusakan yang berkepanjangan di masa datang, maka tindakan preventif yang dilakukan adalah dengan penekanan faktor penentu. Sebenarnya diantara faktor yang cukup berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak adalah aspek keterpenuhan tuntutan fisik (physical demans), tuntutan akal (knowledge demans), dan tuntutan jiwa anak (spritual demans). Untuk menyahuti ketiga tuntutan itu maka “Siapkanlah Tiga Rumah Buat Anak, Niscaya Anak Akan Selamat.” Tiga rumah itu akan memberikan asupan yang menjadi konsumsi anak dalam membangun karakter dan akhlak yang akan memberikan keselamatan bagi dirinya untuk masa datang.
1.    Rumah Tangga.
Rumah merupakan tempat tinggal utama bagi anak beserta unsur keluarga. Sebenarnya fungsi rumah dari aspek pendidikan  sangat mempengaruhi jiwa anak dalam perkembangannya. Dalam kaidah pendidikan, ada tiga saluran yang ampuh untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan (value of education)  bagi anak, yakni: pendengaran (telinga), pandangan (mata), dan pembicaraan (mulut). Ketiga saluran ini wajib diberi asupan agar  diri anak mendapatkan  perbaikan. Di rumah, orang tua hendaknya mengisi mulut, mata dan telinga anak dengan asupan yang baik. Untuk asupan konsumsi mulut, makanan yang diberikan oleh orang tua sebagai bahan asupan hendaknya yang halal, sehat dan bergizi. Bagi konsumsi mata, hendaknya asupan yang diberikan oleh orang tua adalah pandangan tauladan dan harmonisasi keluarga melalui ayah dan ibu sebagai contoh tauladan bagi anak. Dan untuk telinga, maka asupan konsumsi yang diberikan adalah dalam bentuk nasehat, ajaran, dan juga komunikasi yang penuh dengan kasih sayang.
2.    Rumah Sekolah
Rumah sekolah merupakan tempat yang menjadi tumpuan harapan bagi anak untuk menambah prestasi akademik dan prilaku (knowledge and attitude). Dalam mewujudkan semua itu, maka di sekolah yang diisi adalah asupan kecerdasan (inteligensi), keterampilan (skill), kedisiplinan (discipline), dan kejujuran (honesty). Saluran yang dilakukan dalam menciptakan itu melalui pengajaran, praktek, dan tauladan. Pengajaran, dilakukan dengan cara menerapkan dan memberikan ilmu melalui bidang studi yang telah disusun secara terencana dan diajarkan dengan penuh optimis dan tanggung jawab oleh tenaga pengajar. Praktek, dilakukan dengan memberikan berbagai kegiatan untuk mengaplikasikan materi yang diajarkan agar hidup dan mampu dirasakan oleh anak. Sementara tauladan, adalah dengan menekankan pentingnya orang lain yang dijadikan contoh baik pengajar maupun siswa yang memang patut ditiru kebaikannya.
3.    Rumah Ibadah.
Anggapan selama ini yang menyatakan bahwa rumah ibadah  hanyalah tempat untuk beribadah yang digunakan dalam urusan agama saja. Padahal lebih dari itu, rumah ibadah merupakan tempat pendidikan yang sangat ampuh dalam mendidik jiwa dan memperbaiki diri (individual) dan masyarakat. Rumah ibadah ternyata justru banyak memberikan perbaikan-perbaikan ke arah yang lebih baik. Makin dekat anak dengan rumah ibadah (sering beribadah), maka hakikinya makin banyak perbaikan yang terjadi pada dirinya. Sebaliknya, makin jauh anak dari rumah ibadah, maka makin banyaklah hal negatif yang terlakukan. Di rumah ibadah,  anak akan disuguhi asupan sebagai konsumsi jiwa melalui saluran rangkaian ibadah, nasehat agama, dan kegiatan keagamaan lainnya. Dengan tetap konsisten melaksanakan peribadatan di rumah ibadah, maka akan tertancaplah keimanan dan cinta kepada Sang Pencipta. Melalui nasehat agama, akan terciptalah ketersahutan akan dahaga dan kegoncangan jiwa. Dan dengan kegiatan keagamaan di rumah ibadah, maka akan terisilah waktu dengan hal yang positif dan bermanfaat.
Secara gamblang, maka ketiga rumah yang dijelaskan itu mempunyai fungsi yang sangat urgen dalam menyelematkan anak selaku generasi penerus dari kerusakan moral. Anak akan melakukan perbuatan yang menyimpang bilamana tiga unsur tidak terpenuhi, yakni perut, akal, dan jiwa. Untuk kebutuhan perut anak maka rumah tangga yang mengisinya, untuk kebutuhan akal anak maka rumah sekolah yang mengisinya, dan untuk kebutuhan jiwa anak maka rumah ibadah yang mengisinya.

1 komentar: