Selasa, 31 Mei 2016

SURAT DARI BANGSA



“SURAT DARI BANGSA”
 A. NASUTION
Kutulis surat ini,
Tatkala  mataku merah melihat cuaca negeri ini
Tatkala hatiku sedih melihat anak bangsa ini
Tatkala diriku malu melihat  ayah bundaku ini
Tatkala jiwaku letih melihat pemeluk Islam ini
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selaku anak bangsa
Terpaksa kutuliskan betapa sedihnya melihat anak generasi bangsa
Sedih melihat tingkah hidup
Generasi Islam lebih dekat dengan kotak kecil
Di tangan generasi kebanggaan Islam lebih banyak handpon ketimbang Al-Qur’an
Tiada hari tanpa fesbuk
Tiada waktu tanpa instagram
Tiada masa yang tersisa kecuali untuk online dan chating

Lihatlah….., generasi Islam Lebih hafal tembang lagu ketimbang ayat Al-Qur’an
Jangan tanyakan kepada anak bangsa kita ini, pada pada juz berapa  surat Al-Maidah itu
Mungkin mereka akan menjawab sambil geleng kepala
Dua kalimat untuk itu
Baca Qur’an ditinggalkan
Baca status ditingkatkan

Kesedihanku bertambah lagi
Tatkala anak generasi bangsa terlibat masalah
Dari membunuh hingga memperkosa
Dari narkoba hingga begal
Dari zhalimin hingga munafikin
Berita itu meluncur dengan lancar
Berjejer di konsumsi media

Sebegitu parahnyakah generasi bangsa ini?
Di negeri sebelah generasi Islam rajin Sholat
Di negeri ini generasi Islam alergi sholat
Tidak banyak memang generasi  negeri ini melaksanakan shalat
Sementara banyak sekali generasi ini yang enggan laksanakan sholat
Seolah-olah taubat bagaikan laknat
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------




Selaku anak bangsa
Saya malu melihat ayah bundaku
Derajat dan kedudukan tak dihiraukan
Ayah bundaku dulu…
Selalu mejadi panutan
Mereka gudang nasehat
Untaian kata yang keluar dari bibir mereka laksana butiran peluru penghunjam kalbu
Tak ada yang berani melawan, sebab sagah jiwa terpampang di muka
Larangan menjadi kewajiban
Suruhan menjadi keharusan

Ayah bundaku kini….
di relung hatinya menangis tersedu
Nasehat mu bagaikan racun bagi keinginan  anakmu
Tak jarang suruhan mu diacuhkan
Sosok ayah bunda ibarat angin lalu hanya pelengkap keinginan

Jangan tanyakan berapa kali hati ayah bundaku tersakiti oleh kelantangan sang anak
Berapa kali ketersinggungan ulah sang anak
Mungkin melebihi dari kesenangan yang diterima sang anak
Menangislah duhai ayah bundaku
Biar dunia ini banjir  dengan air matamu
Agar  dunia tahu bahwa tangisanmu mampu merendam bongkahan kesuksesan anakmu
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selaku anak bangsa
Mata ini merah……. merah menanggung marah
Marah dan merah melihat hiruk pikuknya cacian, sanjungan, dan jilatan di negeri ini
Mataku tak sanggup melihatnya
Telingaku tak sanggup mendengarnya
Tanganku tak sanggup melarangnya
Semuanya berseleweran dalam lingkaran kehidupan nyata

Mengapa harus marah….
Mengapa harus merah…..
Siapa yang tak marah menyaksikan yang baik diputarkan jadi buruk
Sementara yang buruk dibalikkan jadi baik
Membangun jadi masalah….Merusak tiada masalah
Pembangunan dijadikan lelucon
Lelucon untuk menyudutkan yang membangun
Yang membangun disindir yang tersindir bangga

Jangan tanyakan berapa banyak kemajuan dari hasil pembangunan ini
Mungkin beribu hasil tercipta
Jangan tanyakan berapa banyaknya korban dari pembangunan di nusantara kita ini
Mungkin beratus korban mendekam di jeruji besi
Tidak salah bila melihat sisi negatif
Benar juga kalau melirik sisi positif

Lihatlah, betapa banyaknya yang mengatakan pembangunan berjalan lancar
Lihat jugalah  banyaknya yang berceloteh lirih.
Semua tompang tindih, entah mana yang benar… entah siapa yang salah
Akhirnya fikiran bingung, lidah keluh, terbersit ungkapan… perbuatlah, sebab kami pasti diam
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Di akhir kata dalam surat dari bangsa ini
Titip salam  buat anak bangsa
Tolong sampaikan bahwa walaupun anak titipan sang ilahi
Namun Ridho Ilahi berada pada ridhonya ayah bunda

Titip salam buat para pemimpin
Tolong sampaikan bahwa dibalik kesuksesan lebih banyak pertanggungan

Titip salam buat ayah bundaku
Tolong sampaikan bahwa kesabaranmu adalah rahmat bagi diri dan anakmu

Titip rindu buat ulama
Tolong tunjukkan taring kebaikanmu
Demi meluruskan kebengkokan yang menjamur di setiap sudut
Agar terkabul nusantara “Baldatun thayyibatun wa rabbul Ghafur”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar